-Brisingr atau Tujuh Janji Eragon Shadeslayer dan Saphira Bjartskular
Buku Ketiga Siklus Warisan
Garis Besar Cerita:
Cerita diawali dengan Eragon dan Roran yang sedang mengintai Helgrind, markas Ra'zac. Mereka berhasil menyelamatkan Katrina dan Eragon menemukan Sloan, ayah Ketrina. Saphira dan Roran serta Katrina kembali ke kaum Varden, sementara itu Eragon tinggal untuk membantai satu Ra'zac yang tersisa. Eragon pergi bersama Sloan, menyuruhnya untuk pergi ke Ellesmera dengan menggunakan kekuatan nama sejati Sloan. Eragon bertemu dengan Arya dalam perjalanan kembali ke kaum Varden, sementara itu, di kaum Varden telah datang 12 orang perapal mantra kaum elf yang disediakan Ratu Islanzadi untuk melindungi Eragon. Sekembalinya Eragon, sesaat sebelum menikahkan Katrina dan Roran, Murtagh datang bersama Thorn dan bertarung melawannya. Eragon dan Saphira berhasil mengusir Murtagh dan Thorn berkat bantuan 12 elf perapal mantra serta Arya. Setelah itu, Eragon kembali ke Ellesmera selama beberapa hari untuk menemui Oromis. Glaedr memberi Eragon Eldunari-nya. Setelah itu, Oromis dan Eragon terbang kembali ke medan pertempuran. Eragon pergi ke kota Feinster, dan Oromis pergi ke Gil'ead. Oromis bertarung dengan Murtagh dan terbunuh. Eragon yang berada di Feinster dapat melihat segala yang terjadi melalui Eldunari Glaedr. Setelah itu, Glaedr juga turut terbunuh.
-Eldest (Yang Pertama)-
Buku kedua Siklus Warisan
Garis Besar Cerita:
Cerita diawali dengan kematian Ajihad, pemimpin dari kaum Varden. Murtagh menghilang dan dianggap telah terbunuh saat Ajihad terbunuh. Kemudian putri Ajihad, Nasuada, diangkat menjadi pemimpin kaum Varden. Eragon lalu pergi ke Ellesmera bersama Arya guna melanjutkan pendidikannya sebagai penunggang. Akhir cerita, terjadi peperangan di The Burning Plains. Peperangan dimenangkan oleh kaum Varden, akan tetapi Eragon kalah dari Murtagh yang ternyata diculik Raja Galbatorix dan dijadikannya budak. Disini, Murtagh ternyata juga telah menjadi Penunggang. Dalam peperangan ini, Eragon kembali bertemu saudara sepupunya, Roran, yang juga sedang memburu Ra'zac setelah tunangannya, Katrina, diculik Ra'zac. Akhir cerita, Eragon menjanjikan Roran untuk membantu Roran memburu Ra'zac.
-Eragon-
Buku pertama dari Siklus Warisan
Garis Besar Cerita:
Eragon menemukan sebutir telur naga, oleh karena itu, ia dikejar oleh Ra'zac, pelayan kekaisaran dan Raja Galbatorix sendiri. Pamannya dibunuh oleh Ra'zac dan Eragon pergi meninggalkan rumahnya dan memulai petualangannya bersama dengan Brom. Ia akhirnya menemukan Ra'zac di sebuah kota, akan tetapi ia ditangkap. Ia ditolong oleh pemuda bernama Murtagh dan lari bersamanya. Tak lama, Brom meninggal karena luka yang diterimanya dari Ra'zac. Pada saat itu, ia kembali melanjutkan perjalanannya dan menyelamatkan Arya, seorang elf yang ditawan oleh Shade di kota Gil'ead. Ia dapat menyelamatkannya karena ia juga tertangkap di kota itu. Mereka lalu lari ke kaum Varden di pegunungan Beor. Cerita di akhiri dengan peperangan di kota tempat tinggal kaum Varden, Farthen Dur. Dalam perang ini, Eragon berhasil membunuh Shade dengan bantuan Arya, yang disembuhkan di kota tersebut saat mereka baru datang.
Selasa, 16 Maret 2010
Kamis, 04 Maret 2010
Rangkuman Eragon (part 1)
PROLOG: BAYANG-BAYANG KETAKUTAN
Angin melolong di tengah malam menebarkan bau yang akan mengubah dunia. Shade melintas dan tampak seperti mengendus udara, mencari-cari sesuatu. Ia tampak terkejut, mengetahui bahwa pesannya adalah benar. Di sekelilingnya terdapat selusin Urgal, monster dengan bentuk mirip manusia dengan tungkai kaki berbentuk O, memiliki tanagan yang besar, namun memiliki telinga yang kecil.
Shade melihat-lihat mencari sesuatu. Ia berdiri diam di sebuah pohon yang tersembunyi, sambil memegang sebilah pedang. Tak lama, muncul tiga kuda putih melintas. Diatas kuda-kuda itu, duduk masing-masing satu elf. Elf yang pertama menyandang sebatang busur di punggungnya, dan sebilah pedang. Elf yang kedua membawa tombak yang panjang dan belati putih di sabuknya. Elf yang ketiga adalah seorang wanita, yang terlihat amat waspada, ia membawa sebuah kantong yang sering dipandanginya.
Mendadak, para elf itu menyadari bau Urgal dan segera memacu kuda-kuda mereka. Shade melompat dan meneriakkan sebuah mantra yang memunculkan kilat merah dari tangan kanannya, menyambar kuda yang ditunggangi oleh elf wanita dan menjatuhkannya. Para Urgal menembakkan panah dan menjatuhkan kedua elf yang lain. Shade segera memerintahkan Urgal-Urgal itu untuk mengejar elf yang wanita.
Shade lalu memanjat ke sebuah batu granit, dan meneriakkan mantra yang lain. Mantra tersebut memunculkan api, yang melalap kawasan hutan itu dan menimbulkan sebuah lingkaran api yang amat besar. Mendadak, ia mendengar teriakan-teriakan dan jeritan serak dan dari sela pepohonan, ia melihat tiga anak buahnya jatuh bertumpukkan serta sesosok elf yang melarikan diri itu.
Para Urgal yang lain muncul dan mengepung elf itu, menutup setiap jalan keluar yang ada. Shade segera memerintahkan para Urgal untuk menangkapnya. Saat itu juga, elf tersebut membuka kantongnya dan mengeluarkan isinya. Tampaklah sebutir batu safir besar yang memantulkan cahaya api yang berkobar-kobar. Elf itu mengangkat batu tersebut, bibirnya tampak bergerak-gerak panik seperti merapal mantra. Shade yang melihat hal itu segera meneriakkan mantra lain, sebuah bola api merah meluncur ke arah si elf. Akan tetapi, sebelum bola api itu sampai ke elf itu, kilasan cahaya hijau sejenak menerangi hutan dan dalam sekejap batu itu telah hilang. Kemudian bola api itu pun melalap elf tersebut, menyebabkan ia jatuh dan kehilangan kesadarannya. Lalu Shade mengambil kudanya dari tempat persembunyian di sela-sela pepohonan, mengikat elf wanita itu di pelana, dan lalu pergi sambil menunggangi kudanya.
PENEMUAN
Eragon sedang mengamati jejak-jejak di sepetak rerumputan. Ia melihat bahwa jejak buruannya, seekor rusa betina dengan kaki yang timpang, baru saja melintas. Langit bersih namun gelap saat itu, kabut suram merayap di sepanjang dasar lembah. Rusa buruannya mebawanya masuk jauh ke dalam Spine, kawasan pegunungan yang masih liar di tanah Alagaësia.
Tak lama, Eragon melihat rusa betina itu di tengah kawanannya, ia segera memasang tali busurnya dan memasang anak panahnya. Dengan panah siap di tembakkan, ia mendekat secara perlahan. Tak disangka, terjadi sebuah ledakan yang mengobrak-abrik kawanan tersebut, Eragon dengan memaki segera berlari menerjang dan menembakkan anak panahnya ke arah rusa betina itu lari. Namun sayang, tembakannya meleset. Ia memaki lagi dan berbalik sambil memasang anak panah lagi.
Ia menghampiri tempat ledakan itu, dengan anak panah yang siap di busurnya. Ia melihat sebongkah batu biru mengilap di tengah-tengah lingkaran ledakan itu. Eragon dengan hati-hati mengendurkan tali busurnya dan melangkah maju. Ia kemudian mengambil batu tersebut. Batu itu terasa dingin di tangannya. Permukaannya halus tanpa cacat. Batu itu panjangnya sekitar tiga puluh sentimeter, dengan berat yang lebih ringan dari perkiraanya. Eragon dengan perasaan bingung, pergi membawa batu tersebut dengan harapan agar ia dapat membeli makan dengan batu itu. Ia pun tertidur setelah makan roti sambil merenungkan hal yang baru saja terjadi.
LEMBAH PALANCAR
Keesokan paginya, Eragon bangun dan sarapan, setelah itu ia berjalan pergi. Mendekati malam, ia sampai di tepi jurang yang curam. Sungai Anora mengalir deras di bawahnya, menuju Lembah Palancar. Ia lalu berkemah di dekat jurang dan segera tidur.
Eragon melanjutkan perjalanannya selama satu setengah hari berikutnya. Cuaca bertambah dingin. Setelah melewati Air Terjun Igualda, Lembah Palancar pun terbentang di hadapannya bagai sebuah peta. Kaki Air Terjun Igualda merupakan titik paling utara Lembah. Agak jauh dari air terjun, terdapat Carvahall, sebuah desa kecil di Lembah Palancar.
Eragon lalu turun ke Carvahall, menyusuri jalan, melewati rumah-rumah hingga akhirnya ia sampai di sebuah rumah tempat Sloan, sang penjual daging berada. Eragon kemudian masuk ke rumah itu, mendapati Sloan berada di belakang meja. Eragon dan Sloan sempat berdebat mengenai daging, karena Sloan tidak mau menjual dagingnya kepada Eragon yang membayarnya dengan batu yang ditemukannya di Spine, hingga akhirnya Horst, seorang pandai besi, datang bersama Katrina, putri Sloan, dan membelikan Eragon daging dengan jaminan Eragon akan bekerja padanya saat musim semi nanti untuk membayar hutangnya. Eragon pun pergi dengan senang menuju rumah Garrow, pamannya, tempat ia tinggal.
Eragon sampai di rumah dan disambut pamannya dengan pertanyaan saat ia mengeluarkan daging dari ranselnya. Pamannya menanyakan darimana ia bisa membeli daging. Eragon hanya menjawab bahwa ia dibelikan oleh Horst. Setelah itu ia menunjukkan batu temuannya kepada Garrow. Garrow menatapnya dan menanyakan tempat ia menemukannya. Eragon lalu menceritakan segala yang telah terjadi di Spine. Eragon juga menceritakan keadaan cuaca yang buruk, dan Garrow memintanya untuk memanen gandum esok hari. Eragon lalu juga menjelaskan pertengkarannya dengan Sloan yang diakhiri cerita singkat Garrow mengenai mengapa Sloan tidak menyukai Spine. Setelah itu, Eragon langsung menuju kamarnya dan kemudian menjatuhkan diri di kasur dan segera tertidur.
KISAH-KISAH NAGA
Eragon terbangun di pagi hari, ia meregangkan kakinya yang sakit dan menggosok-gosok punggungnya lalu menguap. Ia mengenang masa lalunya dan teringat bahwa sebentar lagi, ia akan berumur 16 tahun. Eragon lalu bergegas ke dapur, menemui Garrow dan Roran, sepupunya. Setelah sarapan mereka bangkit dan pergi ke ladang dan memanen hasil ladang mereka.
Sembilan hari setelah kepulangan Eragon, terjadi badai salju di Carvahall. Mereka takut kalau para pedangang tidak akan datang. Pada hari kedelapan setelah itu, para pedagang belum juga melintas tetapi, ketika Eragon keluar dan memeriksa jalan di malam hari, ia menemukan jejak-jejak ladam kuda. Ia pun pulang dengan gembira.
Di siang keesokan harinya, mereka pergi ke Carvahall untuk menemui para pedagang. Sesampainya di Carvahall, mereka berpisah, Roran pergi sendiri sementara Eragon pergi bersama Garrow. Eragon merasa bahwa keadaan para pedagang tidaklah seperti tahun lalu. Garrow dan Ergon lalu pergi, melintasi tenda-tenda dan kemah-kemah demi menemukan Merlock, seorang penjual perhiasan dan jimat tua. Setelah bertemu dengan Merlock, mereka berbicara sebentar sampai akhirnya Merlock mengajak mereka ke tendanya, mendiskusikan batu yang ditemukan Eragon.
Setelah selesai, mereka pergi meninggalkan tenda Merlock dan berpisah. Eragon pergi berjalan-jalan di Carvahall melewati kereta-kereta para pedagang. Sore hari, Eragon masuk ke kedai Morn, menunggu datangnya malam karena ingin menyaksikan para penghibur jalanan. Di kedai tersebut, terdapat dua orang pedagang yang menceritakan kisah-kisah yang mereka alami selama setahun yang lalu. Malamnya, ia menyaksikan para penghibur jalanan bersama dengan Roran dan Garrow. Setelah itu, ia menuju tempat Brom, sang juru cerita. Brom muncul, menceritakan sebuah kisah mengenai Galbatorix, raja Alagaësia. Brom menceritakan masa lalu Galbatorix yang ternyata adalah seorang Penunggang Naga. Setelah selesai, Garrow menyatakan bahwa mereka beruntung bisa mendengar cerita tersebut.
BERKAH TAKDIR
Malam itu juga, Eragon menguji batunya, sendirian di kamar. Ia mengetuknya dengan palu kayu, palu kulit, dan terakhir dengan sebuah pahat kecil. Tindakannya tersebut tidak menghasilkan goresan apapun pada batu tersebut. Karena putus asa, ia mengembalikan batu dan peralatannya ke rak. Di tengah malam, tiba-tiba ia terjaga setelah mendengar suatu suara, segera ia mengambil pisau, menunggu, lalu kembali tidur.
Tak lama, terdengar sebuah suara decitan yang membangunkannya lagi. Suara decitan lainnya membuatnya semakin terjaga. Eragon dengan segera mengetahui sumber dari suara tersebut, batu. Batu itu kemudian bergoyang-goyang dan menghantam dinding. Batu iut terus berdecit dan bergerak dan kemudian berhenti. Tak lama, setelah Eragon berpakaian, muncul retakan-retakan pada batu itu. Tak lama kemudian, batu tersebut pecah dan menampilkan sesosok makhluk, seekor naga.
KEBANGKITAN
Naga itu kecil, berwarna biru safir tua, seperti warna batunya, yang segera ia sadari sebagai sebuah telur. Naga itu menatap Eragon dan berjalan-jalan menjelajahi kamar Eragon. Naga itu naik ke atas kasur Eragon sambil menguik-nguik, kemudian merangkak ke bantal Eragon dan membuka mulutnya. Naga itu mencium tangan Eragon ketika ia duduk, bersaha menariknya. Eragon lalu menyentuh naga itu dengan tangan kanannya dan tersentak ketika semburan energi memasuki tangannya. Ia merasakan kesakitan yang amat sangat yang dirasa seperti berjam-jam. Setelah kesadarannya kembali, ia emrasakan lumpuh sesaat pada bagian tangannya yang pada telapaknya berpendar sebuah tanda oval berwarna putih.
Ia merasakan energi mengalir dari tangannya, menghancurkan dinding pemikirannya, yang membuat ia merasa bebas menjangkau dengan pikirannya. Tak lama, naga itu mendekati Eragon, menggesekkan sisi tubuhnya. Kemudian Eragon mengusap-usap kepala naga itu. Saat itu juga, ia merasakan sesuatu menyentuh pikirannya, ia merasakan sebuh rasa kelaparan. Naga itu melolong-long meminta makanan fi atas kasur Eragon. Ia segera turun mengambil daging kering dan kemudian memberikannya pada naga itu. Segera setelah makan hingga perutnya menggembung, naga itu tertidur. Eragon merasakan sebuah dilema, menyadari apabila ia memelihara naga itu, ia bisa menjadi seorang Penunggang. Tetapi ia juga menghadapi kenyataan bahwa Kekaisaran akan membunuhnya kalau mengetahui tentang naga itu.
Masalah lainnya adalah meyakinkan Garrow dan Roran untuk mengizinkannya memelihara naga tersebut. Ia berpikir dengan amat keras dan semakin yakin bahwa ia akan memelihara naga itu. Ketika subuh datang, Eragon terbangun dan mengamati naga tersebut, dengan warna biru yang amat jelas. Seger setelah itu, ia membawa naga itu beserta sejumlah daging, sejumlah tali, dan beberapa helai kain. Ia pergi menuju hutan, mencari tempat tinggal untuk naga itu. Akhirnya, ia menemukan sebatang pohon rowan di sebuah bukit yang rendah. Ia segera membuat semacam pondok di antara cabang pohon tersebut. Setelah jadi, ia mengangkat naga itu ke pondok buatannya, memberinya daging, dan meyurihnya untuk tetap tinggal. Setelah itu Eragon pulang. Ia segera menuju rumah untuk membersihkan kepingan-kepingan pecahan telur. Pada saat Garrow dan Roran bangun, Roran mengatakan bahwa ia mendengar sesuatu semalam, tapi tidak membahasnya lebih lanjut.
Setelah sarpan, Eragon pergi lagi ke pondok naga itu sambil membawa sosis. Sesampainya ia di pondok, ia mendapati naga itu sedang bertengger di cabang pohon tersebut sambil mengunyah-ngunyah sesuatu. Ternyata, ia menangkap seekor burung dan memakannya. Setelah naga itu memakan sosis yang dibawa Eragon, ia memeriksa jenis kelamin naga itu. Namun ia tidak dapat menentukan jenis kelamin naga tersebut. Setelah iotu Eragon bermain-main bersama naga itu sampai matahri terbenam dan ia segera pulang. Malamnya, Eragon terbayang akan hal-hal buruk yag\ng mungkin terjadi pada naga tersebut. Hal-hal tersebut pun terbawa mimpi.
Paginya, Eragon langsung berlari dari rumahnya menuju ke pondok sambil membawa makanan dan kain tambahan. Ternyata mimpi-mimpinya tidak terjadi, naganya baik-baik saja dan telah terjaga saat itu. Naga itu segera menghampirinya ketika ia datang. Naga itu tampak ketakutan, sehingga Eragon mengelus-elusnya untuk menenangkan. Setelah bermain selama beberapa waktu, Eragon bergegas pulang.
Hari-hari berikutnya ia jalani dengan rutinitas yang sama, pergi ke pondok, memberi naga tersebut sarapan lalu pulang. Siangnya, ia melakukan tugas-tugasnya di rumah dan lalu pergi ke lagi ke pondok. Selang beberapa hari, naga itu telah berkembang. Perkembangannya amatlah pesat. Dalam seminggu, besar tubuhnya telah berlipat ganda. Tingginya juga telah mencapai lutut Eragon. Hal ini memaksa Eragon untuk membuat pondok lagi. Selama tiga hari, ia membuat sebuah pondok di tanah. Lama kelamaan, ia semakin bisa melakukan kontak mental dengan naga itu, walau tanpa kata-kata. Dalam waktu singkat, ia mampu menghubungi naga itu dari radius sembilan mil lebih. Hingga pada suatu malam, ketika ia sedang bersama naga itu, ia merasakan naga itu memanggil namanya melalui benaknya.
TEH UNTUK BERDUA
Setelah kejadian itu, Eragon dan Roran pergi ke Carvahall karena ia akan membantu Horst untuk memperbaiki pahat. Sementara Roran bekerja, Eragon pergi ke rumah Brom dan disampbut oleh Brom sendiri di depan rumahnya. Brom kemudian mempersilahkan Eragon untuk masuk. Di dalam rumah, setelah ia duduk, ia menanyai Brom mengenai para Penunggang Naga.
Brom mengawali ceritanya dengan sebuah nama, yaitu Shur’tugal, nama lain bagi para Penunggang. Brom melanjutkan ceritanya dengan asal muasal naga. Eragon sempat menyelanya dengan pertanyaan mengenai elf, yang tadi sempat disinggung Brom. Brom menjawabnya dengan cerita mengenai asal para elf. Dalam ceritanya, Brom s\menyatkan bahwa semua hal megenai elf dan naga adalah saling berhubungan, sejak ketika elf yang menjadi Penunggang pertama, Eragon, menemukan sebutir telur naga. Eragon terkejut mengetahui asal namanya yang dari Penunggang pertama, ia menanyakan Brom mengenai arti namanya, namun sayang Brom tidak mengetahuinya.
Brom melanjutkan ceritanya dengan siklus hidup naga. Eragon menanyai Brom banyak hal berdasar pada pengetahuannya mengenai naganya. Ketika Brom menanyai Eragon darimana ia mengetahui hal-hal tersebut, Eragon berkilah bahwa ia mengetahuinya dari seorang pedangang yang ia lupa namanya. Terakhir, Eragon menanyai Brom mengenai nama-nama naga. Setelah itu, Eragon pergi dari rumah Brom sambil berpikir mengenai apa yang baru saja diketahuinya.
NAMA YANG PUNYA KEKUATAN
Ia kemudian pulang bersama Roran. Dalam perjalanan, Roran menceritakan kalu ia ditawari pekerjaan di Therinsford oleh Dempton, seorang tukang giling di Therinsford. Roran mengatakan bahwa ia akan menerima pekerjaan itu, karena ia ingin menikahi Katrina. Setelah itu, mereka berjalan dalam diam meuju rumah.
Sesampainya di rumah, Eragon pergi menemui naganya. Eragon mencoba memebrinya nama berdasar pada nama –nama yang telah diberitahu oleh Brom. Dari sekian banyak nama, semuanya ditolak oleh naga tersebut. Hingga pada akhirnya Eragon menyadari kalau naganya adalah betina, dan ia menawarkan nama lain yang akhirnya diterima naga tersebut, Saphira.
CALON TUKANG GILING
Mentari telah terbenam saat mereka makan malam di rumah. Pada saat itu, Roran menceritakan pada Garrow mengenai dirinya yang dir\tawari pekerjaan di Therinsford. Roran juga mengatakan kalu ia ingin menerimanya. Garrow menyetujui keputusan Roran tersebut. Setelah malam itu, Eragon menjadi mudah marah. Ia mencoba mengalihkan kemarahannya dengan pergi menemui Saphira. Mereka saling berkomunikasi melalui benak mereka, dan Eragon merasa bebas mencurahkan perasaannya pada Saphira.
Dalam minggu tersebut, pertumbuhan Saphira semakin pesat. Bahu Saphira telah melebihi bahu Eragon sekarang , dan Saphira semakin mengerti apa yang dikatakan Eragon. Bagi Eragon, Saphira benar-benar menjadi teman bicara yang unik karena ia serumit dan sekompleks manusia. Eragon memutuskan untuk belum menunjukkan Saphira pada keluarganya. Ia mengetahui akan ada banyak komentar negatif pada dirinya.
Malam sebelum keberangkatan Roran, Eragon berniat mengajaknya bercakap-cakap. Ia melihat Roran sedang mengepak barang-barangnya dan kemudian memain-mainkan batu mengilap yang dulu pernah diberikan Eragon. Ketika melihat Roran tidak membawanya, Eragon pun berlalu.
ORANG-ORANG ASING DI CARVAHALL
Roran sedang bersiap-siap berangkat. Setelah mengikat tali sepatu botnya, Roran mengucapkan salam terakhir pada Garrow. Garrow memeberinya sejumlah uang dan memberinya nasihat-nasihat yang juga ditujukan pada Eragon. Setelah itu, Eragon mengantar Roran ke Carvahall dan menemui Dempton yang sedang menunggu Roran. Pada saat Dempton dan Roran berbincang-bincang, Horst memanggil Eragon. Ia memerintahkan Eragon agar membuang batu yang pernah ditunjukkannya karena ada dua orang misterius yang mencari-cari batu itu.
Setelah mengetahui hal tersebut, Eragon pergi. Pada saat itu ia mendengar suara Sloan yang sedang berbicara dengan seseorang. Sloan memberi tahu orang tersebut mengenai batu yang ditemukan Eragon. Eragon sempat mengintip orang yang sedang berbicara dengan Sloan, ternyata ada dua orang yang sedang berbicara dengannya. Orang misterius itu melihat Eragon. Ia merasakan tatapan mereka melumpuhkan dirinya. Ia mencoba untuk bergerak, namun ia tak bisa. Kedua orang tersebut makin mendekati Eragon. Tepat ketika mereka hendak mencabut pedang mereka, ada seseorang yang memanggil namanya. Kedua orang itu berhenti bergerak. Eragon kemudian melihat orang yang memanggilnya, Brom.Kedua orang misterius itu menatap Eragon sejenak lalu pergi. Setelah mereka pergi, Brom membantu Eragon untuk berdiri. Pada saat menjabat eragon, sarung tangannya, yang ia pakai untuk menyembunyikan tanda putih oval di tangannya terlepas dan jatuh. Ketika Brom mengembalikannya, Brom menarik tangn Eragon dan melihat tanda tersebut di telapak tangan Eragon. Setelah Eragon menarik tangannya, ia bergegas pergi. Sambil berjalan, ia mendengar Brom bersiul-siul di kejauhan.
TERBANG
Eragon berlari sekencang mungkin menuju rumah. Ia berusaha memnggil Saphira, tetapi tka bisa, karena jarak yang terlalu jauh. Ketika sampai di rumah, ia melihat Garrow sedang berdiri di lumbung bersama kuda-kuda. Ia menyelinap ke hutan dan segera memnggil Saphira. Saat Saphira datang, ia menanyai Eragon tentang apa yang terjadi. Eragon menceritakan apa yang terjadi di Carvahall pada Saphira dan terjadi sesuatu yang di luar dugaan. Saphira mengamuk setelah mendengar cerita tentang kedua orang asing tersebut. Eragon lalu berusaha menenangkan naga itu. Ketika berhasil, tanpa disangka Saphira membawa Eragon terbang, karena saat itu ia berada di atas punggung Saphira. Mereka terbang amat jauh, hingga akhirnya Saphira mendarat di suatu tempat di Spine pada saat mentari telah terbenam.
Setealah turun, Eragon mendapati kakinya terluka pada bagian paha karena tergesek sisik-sisik Saphira. Eragon lalu mencoba berbicara pada Saphira. Ia dapat merasakan ketakutan dalam benak naga itu. Eragon mencoba menenangkan naga itu dan berbincang sebentar. Eragon mulai merasa kedinginan, juga karena kakinya yang luka membuatnya sulit berjalan, Saphira membantunya mencari tempat berlindung. Setelah menemukan temapt berlindung, Saphira tidur dengan posisi menyamping, dan Eragon meringkuk pada bagian perut Spahira. Saphira lalu menaungi Eragon dengan sayapnya, membuat Eragon merasa hangat.
KEHANCURAN ORANG YANG TIDAK BERSALAH
Eragon terbangun di pagi hari dan mendapati sayap Saphira masih menaunginya. Ia segera membangunkan Saphira, dan ketika Saphira melipat sayapnya, Eragon mendapati kalau ia sedang berada di suatu tempat di Spine yang tak ia kenal. Segera setelah berjalan dan mencari air, Eragon kembali ke tempat Saphira menunggu dan tersadar kalu tempat itu adalah tempat ia menemukan telur Saphira.
Setelah kembali bersama Saphira, Eragon mencoba mengajaknya untuk membawanya kembali. Eragon juga mencoba membangiktkan amarah Saphira agar ia tidak lagi melrikan diri setelah mendengar kabar dua orang asing tersebut. Saphira menyetujui ajakan Eragon dan dengan segera membawanya terbang kembali ke rumah. Menjelang sore, Lembah Palancar sudah terlihat. Ketika ia melihat tanah pertaniannya terbakar, ia memerintahkan Saphira untuk segera mendarat. Setelah turun, Eragon melihat rumahnya telah hancur berantakan. Eragon segera mencari Garrow di tengah reruntuhan rumahnya. Ia menemukan Garrow di bagian sisa-sisa dapur. Garrow terjepit di bawah reruntuhan atap. Setelah berhasil mengeluarkan Garrow, ia melihat Garrow dalam keadaan yang mengenaskan, banyak luka bakar di sekujur tubuhnya. Ia memerintahkan Saphira untuk membawa ke Carvahall, dan Saphira segera menerbangkannya.
Ketika Eragon sampai di Carvahall fan berjalan menuju ke dalam desa, ia merasakan rasa sakit pada sekujur tubuhnya. Ia merasakn rasa sakit itu mengaburkan indra-indranya. Ia melihat Brom berlari mendekati dirinya. Saat Brom berusaha berbicara dengan Eragon, yang tidak satupun perkataannya yang dapat Eragon mengerti, Eragon jatuh pingsan.
MENANTI KEMATIAN
Eragon terbangun dalam keadaan di perban. Ia melihat sekeliling tempat ia tidur dan melihat Gertrude, dukun kota, sedang tertidur. Ketika Gertrude terbangun, Eragon menanyaiynya tentang keadaan Garrow. Gertrude memberitahu bahwa Garrow berada di rumah Horst, Luka-luka Garrow tidak kunjung sembuh, dan ia juga terserang demam yang juga belum turun. Ketika Eragon ingin pergi, Gertrude melarangnya karena ia baru saja terbangun dari tidurnya selama dua hari penuh. Gertrude juga memberitahu kalau separuh kulit pahanya tercabik dan Eragon pun mengurungkan niatnya.
Gertrude menanyai Eragon mengenai apa yang terjadi samapai Eragon menjadi seperti itu, akan tetapi Eragon tidak memeberitahunya. Sesudah makan, Eragon bertanya lagi apakah ia boleh mengunjungi Garrow. Kali ini ia diperbolehkan oleh Gertrude untuk pergi. Eragon pergi ke rumah Horst dan disambut oleh Elain, istri Horst. Elain mengantar Eragon ke kamar tempat Garrow berada. Ketika menyentuh dahi pamannya itu, ia merasakan panas yang membara. Ketika ia menyingkapkan selimut Garrow, ia melihat banyak luka Garrow yang telah ditutup dengan kain, akan tetapi luka bakarnya dibiarkan terbuka dan masih belum sembuh.
Horst menghampiri Eragon di kamar Garrow dan mengajaknya turun. Di bawah, Elain telah menyediakan makanan di atas meja akan tetapi Eragon hanya mampu makan beberapa suap. Setelah itu, Horst menanyai Eragon tentang apa yang terjadi pada dirinya. Eragon terpaksa berbohong pada saat menceritakan hal itu. Horst juga menanyai Eragon mengenai batu miliknya. Eragon menyatakan kalau batu itu sudah tidak ada padanya. Di ruangan itu, terdapat juga dua orang putra Horst, Albriech dan Baldor. Mereka juga turut berbincang –bincang. Eragon menanyai apakah Roran telah mengetahui hal-hal tersebut. Berhubung mereka belum menyampaikannya pada Roran, karena cuaca yang buruk selama dua hari yang lalu, Horst mengutus mereka untuk pergi pada saat itu.
Eragon tetap diam di ruang itu dan menyadari ada yang memanggil-manggilnya. Ia mencari asal suara itu, namun tidak melihat siapa yang memanggilnya. Elain yang sedang duduk di ruangan itu tampak tenang-tenang saja. Tiba-tiba ada sebuah raungan yang memanggil namanya. Raungan itu begitu kuat, hingga membuatnya hampir terjatuh dari kursi. Ternyata raungnan itu berasal dari dalam benaknya sendiri. Suara-suara yang memanggil namanya itu berasal dari Saphira. Saphira menceritakan pengalamannya selama dua hari setelah ditinggal Eragon. Setelah selesai berbincan dengan Saphira, Eragon memutuskanunruk kembali ke rumah Gertrude untuk tidur. Elain yang mendengar hal itu, menyarankan agar Eragon tidur di rumahnya. Elain membawanya ke kamarnya di koridor yang sama dengan kamar Garrow. Setelah ditinggal Elain di kamar, Eragon menyelinap ke kamar Garrow. Di kamar Garrow, terdapat Gertrude yang sedang merawat dirinya. Gertrude memberitahu Eragon kalau demam Garrow sudah mereda dan beberapa lukanya mulai pulih. Eragon lalu kembali ke kamarnya dan tidur.
KESINTINGAN HIDUP
Eragon terjaga di tengah malam, disergap dengan sebuah firasat buruk. Ia segera keluar dari kamarnya dan melihat pintu kamar Garrow terbuka dan banyak orang berkerumun di dalam. Garrow tampak sedang tertidur, akan tetapi ia mengenakan kalung perak dan ada tanaman hemlock di atas dadanya, tanda seseorang telah meninggal. Eragon merasa kehilangan seluruh vitalitasnya. Ia merasakan ada yang membaawanya ke kamarnya. Sesampainya di kamar, ia langsung menagnis di tempat tidur, menyadari ia telah kehilangan semua keluarganya. Eragon menyadari Elain duduk di sampingnya, memeluknya, dan akhirnya karena kelelahan, Eragon tertidur.
PEDANG PENUNGGANG
Ia kembali terjaga di pagi hari. Ia berbicara pada Saphira melalui benaknya. Saphira mendengarkan semua keluhan Eragon dan memberiya nasihat-nasihat. Eragon mendengarkan dan menyadari ia merasakan kemarahan yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan kesedihannya. Saphira menginginkan Eragon untuk membalas dendam dan Eragon menytujuinya.
Eragon lalu bangkit dari tempat tidurnya dan menyelinap keluar. Ia mendengar ada dua orang yang berbicara, Horst dan Elain. Eragon langsung menyelinap pergi. Ia pergi ke tempat penyamakan kulit Gedric. Ia mengambil tiga helai kulit sapi yang besar dn kemudian kabur. Ia berkata dalam hati untuk membayar Gedric saat ia bisa kembali. Ia menyembunyikan kulit-kulit itu dan mencuri daging dari tempat Sloan. Saat ia keluar, ia mendengar ada seorang wanita yang meneriakkan namanya. Ia segera melarikan diri dan menyembunikan diri di balik sudut sebuah rumah dan melihat Horst melintas. Setelah Horst tidak lagi terlihat, Eragon berlari lagi ke tempat ia menyembunyikan kulit-kulit tadi. Di belakangnya, Brom berdiri dengan kulit-kulit tersebut di tangannya. Ternyata Brom telah menunggunya di tempat itu. Brom juga memberitahu kalau ia mengetahui Eragon memiliki naga karena ia melihat tanda putih oval di telapak tangannya, tanda seseorang menyentuh naga yang baru menetas, yang disebut gedwëy ignasia. Ketika Eragon memanggil Saphira, Brom memerintahkan Saphira untuk tidak turun. Brom dan Eragon berbicara sebentar. Brom menanyakan apa yang akan Eragon lakukan. Eragon merasa kalu Brom cukup bisa dipercaya, dan memutuskan untuk mengajaknya pergi. Brom menyetujuinya dan segera pergi bersama Eragon. Eragon segera meberitahu Saphira dan menyuruhnya untuk pergi ke tanah pertanian dan menunggunya disana. Ternyata Brom telah mempersiapkan segalanya, ia telah menitipkan pesan pada Gertrude tentang Eragon. Eragon dan Brom akhirnya smpai di tanah pertanian Eragon. Tak lama, Saphira pun datang dan Brom berjalan mendekatinya. Brom menggumamkan sesuatu yang tak dapat di dengar Eragon. Saphira memeberitahu Eragon mengenai apa yang ia lihat melelui mata Eragon. Ketika Brom menanyakan nama naga itu, Eragon hanya menjawab singkat, Saphira. Setelah Brom memberi salam pada Saphira, Eragon masuk ke reruntuhan rumahnya, mencoba mencari apa yang tersisa dari kamarnya. Ia menemukan busurnya serta tabung anak panahnya. Setelah membawa busurnya, Eragon dan Brom pergi ke arah hutan, Saphira mengikuti mereka dari atas.
Eragon menemukan tempat, sebuah tempat yang ukup untuk dua orang dan seekor naga. Eragon segera memasak air dari salju yang ia masukkan ke dalam panci dan ia panaskan di atas api unggun. Setelah airnya mendidih, ia menyobek-nyobek daging dan memasukkannya ke dalam panci bersama sepotong garam. Sewaktu dagingnya telah empuk, Eragon meyajikannya dan Brom serta dirinya menyantapnya. Setelah makan, Brom menyulut pipanya dan Eragon memulai pembicaraan. Eragon menanyakan mengapa Brom ingin ikut dengannya. Brom hanya mengatakan kalau ia ingin mencari cerita yang bagus, apalagi karena Eragon adalah Penunggang pertama di luar kendali raja Galbatorix setelah seratus tahun. Eragon lalu menanyakan bagaimana Brom dapat berbicara dengan Saphira. Brom tidak menjawabnya dengan kata-kata, ia mengeluarkan sebuah benda panjang yang dibungkus, kemudian membukanya. Tampaklah sebilah pedang berwarna merah dengan gagang yang ketika dipegang Eragon terasa sangat cocok dengannya, seakan pedang itu dibuat untuknya.
Brom hanya mengatakan kalau pedang itu dulunya milik seorang Penunggang tanpa menyebutkan namanya. Pedang itu sendiri memiliki nama, Zar’roc, yang diberikan oleh Penunggang pemiliknya, tetapi tidak diketahui arrtinya oleh Brom. Brom kemudian memberikan pedang itu kepada Eragon dan mengatakan kalu pedang itu menjadi miliknya. Ketika Saphira melihat pedang itu, Saphira hanya mengatakan kalu pedang tu memiliki kekuatan. Setelah itu, Eragon menanyai Brom perihal orang-orang asing tersebut. Brom memberitahu nama mereka, Ra’zac, salah satu abdi raja Galbatorix. Brom hanya mengatakan kalu mereka sangat kuat dan memberitahu sedikit mengenai kemampuan mereka. Setelah itu, giliran Brom menanyai Eragon. Ia menanyakan bagaiman Eragon menemukan Saphira. Eragon dengan ragu-ragu menceritakan segala yang telah terjadi sejak ia menemukan telur itu di Spine. Eragon pada akhirnya mempertanyakan siapa sebenarnya Brom. Brom hanya menjawab bahwa ia ada untuk membantu Eragon. Setelah itu, Eragon tidur di samping Saphira dan Brom tidur di dalam kantong tidurnya.
MEMBUAT PELANA
Sewaktu Eragon bangun, Brom sedang memasak sarapan. Setelah bersantap, Eragon mengambil kulit-kulit curiannya dan menghamparkannya di tanah. Eragon berkata bahwa ia ingin membuat pelana unutk Saphira. Brom membantunya dalam membuat pelana itu. Selama Brom bekerja, Eragon memperbaiki ransel dan mengatur persediaan mereka. Hari telah malam ketika Brom meyelesaikan pelananya. Eragon memutuskan untuk tidak mecoba pelana itu dulu, karena ia kurang bersemangat untuk terbang setelah apa yang terjadi pada dirinya setelah penerbangan terakhir. Eragon dan Brom berbincang-bincang untuk beberapa saat, Brom menyatakan bahwa mereka membutuhkan kuda karena Saphta belum cukup uat untuk membawa mereka berdua. Kemudian Brom menceramahi Eragon tentang apa yang sedang dihadapinya. Eragon hanyamendengarkan dan setelah menambahkan kayu ke api unggun, mereka kembali tidur.
THERINSFORD
Brom dan Eragon terbangun saat subuh, bersiap-siap dan segera pergi, dipandu oleh jejak Ra’zac. Sebelum berangkat, Eragon memasang pelana di punggung Saphira dan menyuruhnya terbang. Sambli berjalan, Eragon bertanya lagi pada Brom, kali ini mengenai apa sbenarnya yang dapat dilakukan oleh naga. Brom tidak langsung mejwab pertanyaan itu, ia mengawalinya dengan siklus hidup naga. Eragon baru mengetahui kalau naga baru akan menetas saat naga di dalm telur merasakan saat yang tepat, yaitu pada saat orang yang ditakdirkan menjadi Penunggang berada di dekatnya. Setelah itu, Brom menjelaskan kapan dan apa yang naga makan. Brom juga mejelaskan bagaimana teknik-teknik menyerang saat naik naga dan bertempur melawan naga. Saat mereka hampir tiba di Therinsford, malam sudah tiba. Saat itu Eragon menanyai Brom tentang siapa pemilik Zar’roc. Brom menjawab kalau ia tidak akan memberitahunya, demi melindungi Eragon. Mereka segera menemukan tempat yang nyaman unutk berkemah dan Saphira segera bergabung dengan mereka. Saat Eragon sedang berbicara dengan Saphira, Brom melemparkan sebatang tongkat yang berbentuk seperti pedang, dan menyuruh Eragon untuk mempertahankan diri. Mereka berlatih cara menggunakan pedang.
Setelah selesai berlatih, tubuh Eragon mengalami banyak memar. Keesokan paginya, setelah sarapan, mereka segera berjalan ke Therinsford, karena mereka berniat untuk sampai di sana sebelum tengah hari. Diantara jalan dan kota, terdapat sebuah jembatan, karena di bawahnya mengalir Sungai Anora. Di jembatan itu berdiri seorang pria yang kotor. Ia meminta mereka untuk membayar lima crown sebelum mereka lewat. Tanpa basa-basi Brom segera membayar pria iru. Pada saat melintas, Brom berpura-pura jatuh dan meraih lengan orang itu. Ternyata, ia mengambil seluruh uang pria itu. Ketika mereka sudah sampai di dekat kota, mereka mendengar pria itu baru berteriak.
Mereka segera menanyai sorang anak tentang dimana mereka bisa membeli kuda. Anak itu memberitahu mereka, dan Brom memberinya sekeping uang logam. Mereka segera pergi ke tempat penjualan kuda. Penjualnya, Haberth, yang sedang menyikat kuda putih, langsung menyambut mereka dan menanyai keperluan mereka. Brom segera mengatakan bahwa ia membutuhkan dua ekor kuda dan seluruh perlengkapannya. Haberth lalu pergi dan mengambil seluruh keperluan yang mereka butuhkan. Kemudian ia mengambil dua ekor kuda, yang satu berwarna coklat kemerahan dan yang satu berwarna abu-abu. Brom memutuskan mengambil kuda yang coklat, tetapi tidak dengan yang abu-abu. Ia meminta kuda putih yang tadi sedang disikat Haberth. Haberth sesungguhnya tidak ingin menjual kuda putih itu, yang bernama Snowfire, karena ia ingin menjadikannya pejatan. Tetapi Brom menanyai berapa harga yang diperlukan untuk mengambil Snowfire. Harga yang diberikan adalah dua ratus crown, yang langsung dibayar oleh Brom. Dengan enggan, haberth memberikan kuda itu pada Brom yang berjanji akan merawat kuda itu sebaik mungkin. Setelah menaruh seluruh peralatan mereka di pelana kuda-kuda itu, mereka langsung pergi.
Saat perjalanan, mereka melihat Utgard, sebuah gunung yang dulunya adalah tempat Penunggang terakhir, Vrael mengungsi dari kejaran Galbatorix. Sesudah kematian Vrael, tempat yang dulunya bernama Edoc’sil, yang artinya ”Tidak Tertaklukkan”, disebut oleh oleh orang awam sebagai Utgard atau Ristvak’baen, yang artinya ”Tempat Kesedihan”, cerita Brom. Mereka kemudian menanjak ke celah yang membelah pegunungan Utgard dan Eragon melihat di bawahnya terdapat dataran yang amat luas. Ia mengerti sekarang alasan Brom membeli kuda. Setelah itu mereka turun dan Brom menyuruh Eragon untuk meberika nama pada kuda yang ia tunggangi. Ia memberinya nama Cadoc, sesuai dengan nama kakekya. Malamnya, setelah makan malam, mereka berlatih pedang lagi, yang lebih singkat dibandingkan latihan malam sebelumnya.
RAUNGAN GUNTUR DAN DERAK KILAT
Pagi menjelang, Eragon bangun dan merenungkan apa saj yang telah terjadi dan ia memutuskan untuk membunuh Ra’zac. Ia mebayangkan sosok-sosok Ra’zac yang ia bunuh dengan anak-anak panahnya. Mereka pergi dengan berkuda. Mereka memulai perjalanan dengan menuruni lereng yang curam. Menjelang tengah hari, mereka sudah sampai di kaki pegunungan. Setelah turun, Eragon melihat ke semua arah, benar-benar dataran yang sangat datar, seumur hidup Eragon berada di daerah pegunungan, ini adalah kali pertama baginya melihat dataran seluas itu. Brom menyatakan kalu Ra’zac pergi menuju Yazuac, sebuah desa kecil berjarak empat hari perjalanan, dekat dengan Sungai Ninor. Setelah minum dan mengisi kantong air mereka, mereka segera berangkat kembali ke arah timur dan meyeberangi dataran itu.
Angin benar-benar kencang, karena tidak adanya pepohonan. Bibir Eragon menjadi pecah-pecah, seperti Brom. Malam tiba, mereka segera berkemah. Pada saat Eragon mencoba menyalakan api unggun, ia tidak berhasil. Brom mencobanya dan berhasil pada saat ia menyalakan pemantik sambil memaki sebuah kata, brisingr. Mereka kembali berlatih pedang selam makanan dimasak. Mereka hanya berlatih sebentar karena kelelahan, dan setelah makan, mereka segera tidur di samping Saphira. Keesokan harinya, mereka melakukan perjalanan yang sama, terasa amat monoton. Di hari ketiga di dataran tersebut, terjadi sebuah badai dalam perjalanan mereka. Saphira yang sedang terbang segera diperintahkan Eragon untuk mendarat. Pada saat ia mendarat, angin mencapainya, menariknya keatasa. Eragon segera membantu Saphira dalam melipat sayapnya agar ia tidak terseret angin. Setelah angin kencang lewat, datang hujan deras yang membasahi mereka semua. Setelah hujan mereda, mereka melanjutkan perjalanannya dan mencari sebuah tempat untuk berlindung. Setelah sampai, mereka langsung beristirahat karena kelelahan menghadapi badai.
PENCERAHAN DI YAZUAC
Mereka sudah hampir mencapai Yazuac pada esok harinya. Setelah meminta Saphira menunggu di dekat Sungai Ninor, mereka melesat menuju Yazuac. Kondisi desa itu aneh, amat sepi. Tidak ada seorang pun yang keluar dari kota itu. Setelah mengitari kota, mereka masuk dan mendapati kota itu kosong. Rumah-rumah tampak rusak, dan ditengah kota, terdapt tumpukan mayat warga Yazuac. Brom mengidentifikasi bahwa kota tersebut telah dibantai Urgal-Urgal. Ternyata, di kota itu masih ada Urgal. Urgal-Urgal itu meyerang mereka. Eragon berusaha lari, akan tetapi Urgal itu mengejarnya. Ia sempat memanah beberapa Urgal dan menjatuhkannya. Beberapa saat kemudian, ia melihat Brom telah meringkuk dengan lengan yang berdarah-darah di atas Snowfire. Dengan marah, Eragon berlari dan menyeruduk Urgal yang berniat menyerang Brom. Urgal itu kemudian mengejar Eragon. Eragon berlari, berusaha menjauhkan Urgal-Urgal dari Brom.
Ia menyelinap masuk di lorong antara dua rumah dan mendapati lorong itu buntu, saat ia berbalik, kedua Urgal itu telah menghadangnya. Eragon menghadapi Urgal-Urgal itu. Dalam benak Eragon, terbayang tumpukan mayat tadi yang berada di tengah kota. Ia memikirkan banyak hal dan merasakan kekuatan yang amat besar berkumpul. Ia menegakkan diri, memasang anak panahnya dan membidik kedua Urgal itu. Kedua Urgal itu tertawa dan mengangkat perisai mereka. Sambil melepaskan anak panahnya, Eragon meneriakkan sebuah kata, brisingr. Anah panahnya melesat menuju kedua Urgal itu, menyala dengan cahaya biru sepanjang anak panah itu. Anak panah itu menghntam Urgal yang pertama dan sebuah gelombang kejut berwarna biru meledak dan membunuh Urgal yang satunya. Setelah itu, Eragon merasa amat kelelahan dan jatuh merosot ke dinding.
TEGURAN
Setelah kekuatannya kembali sedikit, Eragon melangkah terhuyung-huyung keluar dari lorong. Ia berjalan mendekati Brom yang berada di atas Snowfire, menurunkannya, akan tetapi ia tidak terlalu kuat dan Brom jatuh ke tanah. Saphira datang dan mendarat di hadapannya. Eragon menceritakan apa yang terjadi pada Saphira. Saphira agaknya terkejut setelah mengetahui kalu Eragon yang membunuh Urgal-Urgal itu. Pada saat Eragon telah selesai membersihkan dan memerban luka Brom, ia berusaha pergi,akan tetapi ia masih belum bisa berjalan. Saphira membantunya dengan mengangkat Brom dan menaruhnya di punggungnya. Tak lama, Brom tersadar dan berbicara sebentar dengan Eragon, menyuruhnya menyarungkan pedang miliknya, setelah itu, Eragon memerintahkan Saphira untuk pergi membawa Brom ke tempat menginap di luar Yazuac. Eragon lalu mengkuti Saphira dengan membawa kedua kuda. Dalam perjalanan, ia menyadari kalau ia telah menggunakan sihir. Saat Eragon sampai, ia melihat api unggun kecil telah menyala dan Brom sedang merawat lengannya. Mereka merebus air untuk membersihkan luka Brom dan sesudah itu mereka makan.
Setelah selesai makan, Brom menanyai Eragon tentang apa yang terjadi. Eragon menceritakannya tanpa mengurangi apapun. Brom terdiam sebentar dan memperingatkan Eragon tentang apa yang baru saja ia lakukan unutk membunuh Urgal-Urgal itu. Eragon mngatakan kalau ia membutuhkan sihir itu apalagi saat ia bertempur, sebab Brom tidak mau mengajari cara menggunakannya. Setelah berbincang sebentar, Brom memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan dan menyuruhnya tidur. Sebelumnya, Brom menjelaskan sedikit mengenai cara kerja sihir. Brom memberitahu Eragon bahwa Sihir yang ia lakukan berdasar pada kata kuno yang ia ucapkan. Eragon terus memberondongnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak kesemuanya dijawab Brom, hinggan akhirnya mereka tidur.
SIHIR ADALAH HAL YANG SANGAT SEDERHANA
Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan. Eragon menanyai Brom mengenai apa yang terjadi pada dirinya hingga mendapat luka di lengannya tersebut. Brom menceritakan apa yang terjadi sambil menjelaskan sedikit tentang sihir, baik sihir Penunggang, wizard, serta sorcerer. Pada ahirnya Brom memuji Eragon atas apa yang berhasil ia lakukan saat menghadapi keda Urgal kemarin. Eragon menanyai Brom lagi mengenai cara menggunakan sihir. Brom mengatakan bahwa sihir itu tergantung pada kata kuno yang ia ucapkan serta kekuatan dari penggunanya sendiri. Kemudian Brom mencontohkan bagaimana ia menggunakan kalimat kuno, dan hasilnya seekor burung terbang langsung ke telapak tangannya. Brom juga mengatakan kalu semua orang memiliki nama sejati. Eragon ingin mengetahuinya, akan tetapi Brom tidak mengetahuinya dan tidak memberitahunya.
Setelah itu, Brom mengajari Eragon cara menggunakan sihir. Brom meltihnya dengan menyuruhnya mengangkat sebutir kerikil. Brom memberitahu kata yang harus digunakan, stenr reisa, dan meyuruh Eragon mencobanya. Eragon mencoba mencari dalam benaknya dimana kekuatan itu tersembunyi. Ia menemukannya dan ketika mengucapkan kata tadi, batu di telapak tangannya langsung terangkat dan gedwëy ignasia-nya berpendar. Eragon diperintahkan Brom unutk mengulanginya lagi selama beberapa jam. Setelah itu, Eragon diberitahu beberapa kata kuno lainnya. Malamnya, mereka berlatih pedang lagi.
Esok harinya dilanjutkan dengan rutinitas yang sama. Eragon mempelajari kata-kata kuno, mencoba memanipulasi batunya supaya terangkat, dan berlatih pedang di malam hari. Dalam waktu singkat, batunya terangkat tanpa bergoyang-goyang, dan setelah itu Brom memberinya latihan yang lain lagi. Tentang berlatih pedang, perkembangan Eragon juga pesat, sekarang pukulannya menjadi lebih berat dan tangannya tidak lagi gemetar saat menangkis serangan. Latihan malam mereka menjadi berlangsung lebih lama. Saphira juga terus bertumbuh. Terbangnya sudah semakin lama. Tingginya sekarang melebihi kuda dan jadi jauh lebih panjang.
Perjalanan mereka sekarang mengarah ke selatan, mengikuti jejak Ra’zac. Hingga akhirnya mereka mendekati Daret, desa pertama setelah Yazuac. Malam sebelum mereka sampai di desa, Eragon bermimpi buruk, dan Saphira menenangkannya.
Angin melolong di tengah malam menebarkan bau yang akan mengubah dunia. Shade melintas dan tampak seperti mengendus udara, mencari-cari sesuatu. Ia tampak terkejut, mengetahui bahwa pesannya adalah benar. Di sekelilingnya terdapat selusin Urgal, monster dengan bentuk mirip manusia dengan tungkai kaki berbentuk O, memiliki tanagan yang besar, namun memiliki telinga yang kecil.
Shade melihat-lihat mencari sesuatu. Ia berdiri diam di sebuah pohon yang tersembunyi, sambil memegang sebilah pedang. Tak lama, muncul tiga kuda putih melintas. Diatas kuda-kuda itu, duduk masing-masing satu elf. Elf yang pertama menyandang sebatang busur di punggungnya, dan sebilah pedang. Elf yang kedua membawa tombak yang panjang dan belati putih di sabuknya. Elf yang ketiga adalah seorang wanita, yang terlihat amat waspada, ia membawa sebuah kantong yang sering dipandanginya.
Mendadak, para elf itu menyadari bau Urgal dan segera memacu kuda-kuda mereka. Shade melompat dan meneriakkan sebuah mantra yang memunculkan kilat merah dari tangan kanannya, menyambar kuda yang ditunggangi oleh elf wanita dan menjatuhkannya. Para Urgal menembakkan panah dan menjatuhkan kedua elf yang lain. Shade segera memerintahkan Urgal-Urgal itu untuk mengejar elf yang wanita.
Shade lalu memanjat ke sebuah batu granit, dan meneriakkan mantra yang lain. Mantra tersebut memunculkan api, yang melalap kawasan hutan itu dan menimbulkan sebuah lingkaran api yang amat besar. Mendadak, ia mendengar teriakan-teriakan dan jeritan serak dan dari sela pepohonan, ia melihat tiga anak buahnya jatuh bertumpukkan serta sesosok elf yang melarikan diri itu.
Para Urgal yang lain muncul dan mengepung elf itu, menutup setiap jalan keluar yang ada. Shade segera memerintahkan para Urgal untuk menangkapnya. Saat itu juga, elf tersebut membuka kantongnya dan mengeluarkan isinya. Tampaklah sebutir batu safir besar yang memantulkan cahaya api yang berkobar-kobar. Elf itu mengangkat batu tersebut, bibirnya tampak bergerak-gerak panik seperti merapal mantra. Shade yang melihat hal itu segera meneriakkan mantra lain, sebuah bola api merah meluncur ke arah si elf. Akan tetapi, sebelum bola api itu sampai ke elf itu, kilasan cahaya hijau sejenak menerangi hutan dan dalam sekejap batu itu telah hilang. Kemudian bola api itu pun melalap elf tersebut, menyebabkan ia jatuh dan kehilangan kesadarannya. Lalu Shade mengambil kudanya dari tempat persembunyian di sela-sela pepohonan, mengikat elf wanita itu di pelana, dan lalu pergi sambil menunggangi kudanya.
PENEMUAN
Eragon sedang mengamati jejak-jejak di sepetak rerumputan. Ia melihat bahwa jejak buruannya, seekor rusa betina dengan kaki yang timpang, baru saja melintas. Langit bersih namun gelap saat itu, kabut suram merayap di sepanjang dasar lembah. Rusa buruannya mebawanya masuk jauh ke dalam Spine, kawasan pegunungan yang masih liar di tanah Alagaësia.
Tak lama, Eragon melihat rusa betina itu di tengah kawanannya, ia segera memasang tali busurnya dan memasang anak panahnya. Dengan panah siap di tembakkan, ia mendekat secara perlahan. Tak disangka, terjadi sebuah ledakan yang mengobrak-abrik kawanan tersebut, Eragon dengan memaki segera berlari menerjang dan menembakkan anak panahnya ke arah rusa betina itu lari. Namun sayang, tembakannya meleset. Ia memaki lagi dan berbalik sambil memasang anak panah lagi.
Ia menghampiri tempat ledakan itu, dengan anak panah yang siap di busurnya. Ia melihat sebongkah batu biru mengilap di tengah-tengah lingkaran ledakan itu. Eragon dengan hati-hati mengendurkan tali busurnya dan melangkah maju. Ia kemudian mengambil batu tersebut. Batu itu terasa dingin di tangannya. Permukaannya halus tanpa cacat. Batu itu panjangnya sekitar tiga puluh sentimeter, dengan berat yang lebih ringan dari perkiraanya. Eragon dengan perasaan bingung, pergi membawa batu tersebut dengan harapan agar ia dapat membeli makan dengan batu itu. Ia pun tertidur setelah makan roti sambil merenungkan hal yang baru saja terjadi.
LEMBAH PALANCAR
Keesokan paginya, Eragon bangun dan sarapan, setelah itu ia berjalan pergi. Mendekati malam, ia sampai di tepi jurang yang curam. Sungai Anora mengalir deras di bawahnya, menuju Lembah Palancar. Ia lalu berkemah di dekat jurang dan segera tidur.
Eragon melanjutkan perjalanannya selama satu setengah hari berikutnya. Cuaca bertambah dingin. Setelah melewati Air Terjun Igualda, Lembah Palancar pun terbentang di hadapannya bagai sebuah peta. Kaki Air Terjun Igualda merupakan titik paling utara Lembah. Agak jauh dari air terjun, terdapat Carvahall, sebuah desa kecil di Lembah Palancar.
Eragon lalu turun ke Carvahall, menyusuri jalan, melewati rumah-rumah hingga akhirnya ia sampai di sebuah rumah tempat Sloan, sang penjual daging berada. Eragon kemudian masuk ke rumah itu, mendapati Sloan berada di belakang meja. Eragon dan Sloan sempat berdebat mengenai daging, karena Sloan tidak mau menjual dagingnya kepada Eragon yang membayarnya dengan batu yang ditemukannya di Spine, hingga akhirnya Horst, seorang pandai besi, datang bersama Katrina, putri Sloan, dan membelikan Eragon daging dengan jaminan Eragon akan bekerja padanya saat musim semi nanti untuk membayar hutangnya. Eragon pun pergi dengan senang menuju rumah Garrow, pamannya, tempat ia tinggal.
Eragon sampai di rumah dan disambut pamannya dengan pertanyaan saat ia mengeluarkan daging dari ranselnya. Pamannya menanyakan darimana ia bisa membeli daging. Eragon hanya menjawab bahwa ia dibelikan oleh Horst. Setelah itu ia menunjukkan batu temuannya kepada Garrow. Garrow menatapnya dan menanyakan tempat ia menemukannya. Eragon lalu menceritakan segala yang telah terjadi di Spine. Eragon juga menceritakan keadaan cuaca yang buruk, dan Garrow memintanya untuk memanen gandum esok hari. Eragon lalu juga menjelaskan pertengkarannya dengan Sloan yang diakhiri cerita singkat Garrow mengenai mengapa Sloan tidak menyukai Spine. Setelah itu, Eragon langsung menuju kamarnya dan kemudian menjatuhkan diri di kasur dan segera tertidur.
KISAH-KISAH NAGA
Eragon terbangun di pagi hari, ia meregangkan kakinya yang sakit dan menggosok-gosok punggungnya lalu menguap. Ia mengenang masa lalunya dan teringat bahwa sebentar lagi, ia akan berumur 16 tahun. Eragon lalu bergegas ke dapur, menemui Garrow dan Roran, sepupunya. Setelah sarapan mereka bangkit dan pergi ke ladang dan memanen hasil ladang mereka.
Sembilan hari setelah kepulangan Eragon, terjadi badai salju di Carvahall. Mereka takut kalau para pedangang tidak akan datang. Pada hari kedelapan setelah itu, para pedagang belum juga melintas tetapi, ketika Eragon keluar dan memeriksa jalan di malam hari, ia menemukan jejak-jejak ladam kuda. Ia pun pulang dengan gembira.
Di siang keesokan harinya, mereka pergi ke Carvahall untuk menemui para pedagang. Sesampainya di Carvahall, mereka berpisah, Roran pergi sendiri sementara Eragon pergi bersama Garrow. Eragon merasa bahwa keadaan para pedagang tidaklah seperti tahun lalu. Garrow dan Ergon lalu pergi, melintasi tenda-tenda dan kemah-kemah demi menemukan Merlock, seorang penjual perhiasan dan jimat tua. Setelah bertemu dengan Merlock, mereka berbicara sebentar sampai akhirnya Merlock mengajak mereka ke tendanya, mendiskusikan batu yang ditemukan Eragon.
Setelah selesai, mereka pergi meninggalkan tenda Merlock dan berpisah. Eragon pergi berjalan-jalan di Carvahall melewati kereta-kereta para pedagang. Sore hari, Eragon masuk ke kedai Morn, menunggu datangnya malam karena ingin menyaksikan para penghibur jalanan. Di kedai tersebut, terdapat dua orang pedagang yang menceritakan kisah-kisah yang mereka alami selama setahun yang lalu. Malamnya, ia menyaksikan para penghibur jalanan bersama dengan Roran dan Garrow. Setelah itu, ia menuju tempat Brom, sang juru cerita. Brom muncul, menceritakan sebuah kisah mengenai Galbatorix, raja Alagaësia. Brom menceritakan masa lalu Galbatorix yang ternyata adalah seorang Penunggang Naga. Setelah selesai, Garrow menyatakan bahwa mereka beruntung bisa mendengar cerita tersebut.
BERKAH TAKDIR
Malam itu juga, Eragon menguji batunya, sendirian di kamar. Ia mengetuknya dengan palu kayu, palu kulit, dan terakhir dengan sebuah pahat kecil. Tindakannya tersebut tidak menghasilkan goresan apapun pada batu tersebut. Karena putus asa, ia mengembalikan batu dan peralatannya ke rak. Di tengah malam, tiba-tiba ia terjaga setelah mendengar suatu suara, segera ia mengambil pisau, menunggu, lalu kembali tidur.
Tak lama, terdengar sebuah suara decitan yang membangunkannya lagi. Suara decitan lainnya membuatnya semakin terjaga. Eragon dengan segera mengetahui sumber dari suara tersebut, batu. Batu itu kemudian bergoyang-goyang dan menghantam dinding. Batu iut terus berdecit dan bergerak dan kemudian berhenti. Tak lama, setelah Eragon berpakaian, muncul retakan-retakan pada batu itu. Tak lama kemudian, batu tersebut pecah dan menampilkan sesosok makhluk, seekor naga.
KEBANGKITAN
Naga itu kecil, berwarna biru safir tua, seperti warna batunya, yang segera ia sadari sebagai sebuah telur. Naga itu menatap Eragon dan berjalan-jalan menjelajahi kamar Eragon. Naga itu naik ke atas kasur Eragon sambil menguik-nguik, kemudian merangkak ke bantal Eragon dan membuka mulutnya. Naga itu mencium tangan Eragon ketika ia duduk, bersaha menariknya. Eragon lalu menyentuh naga itu dengan tangan kanannya dan tersentak ketika semburan energi memasuki tangannya. Ia merasakan kesakitan yang amat sangat yang dirasa seperti berjam-jam. Setelah kesadarannya kembali, ia emrasakan lumpuh sesaat pada bagian tangannya yang pada telapaknya berpendar sebuah tanda oval berwarna putih.
Ia merasakan energi mengalir dari tangannya, menghancurkan dinding pemikirannya, yang membuat ia merasa bebas menjangkau dengan pikirannya. Tak lama, naga itu mendekati Eragon, menggesekkan sisi tubuhnya. Kemudian Eragon mengusap-usap kepala naga itu. Saat itu juga, ia merasakan sesuatu menyentuh pikirannya, ia merasakan sebuh rasa kelaparan. Naga itu melolong-long meminta makanan fi atas kasur Eragon. Ia segera turun mengambil daging kering dan kemudian memberikannya pada naga itu. Segera setelah makan hingga perutnya menggembung, naga itu tertidur. Eragon merasakan sebuah dilema, menyadari apabila ia memelihara naga itu, ia bisa menjadi seorang Penunggang. Tetapi ia juga menghadapi kenyataan bahwa Kekaisaran akan membunuhnya kalau mengetahui tentang naga itu.
Masalah lainnya adalah meyakinkan Garrow dan Roran untuk mengizinkannya memelihara naga tersebut. Ia berpikir dengan amat keras dan semakin yakin bahwa ia akan memelihara naga itu. Ketika subuh datang, Eragon terbangun dan mengamati naga tersebut, dengan warna biru yang amat jelas. Seger setelah itu, ia membawa naga itu beserta sejumlah daging, sejumlah tali, dan beberapa helai kain. Ia pergi menuju hutan, mencari tempat tinggal untuk naga itu. Akhirnya, ia menemukan sebatang pohon rowan di sebuah bukit yang rendah. Ia segera membuat semacam pondok di antara cabang pohon tersebut. Setelah jadi, ia mengangkat naga itu ke pondok buatannya, memberinya daging, dan meyurihnya untuk tetap tinggal. Setelah itu Eragon pulang. Ia segera menuju rumah untuk membersihkan kepingan-kepingan pecahan telur. Pada saat Garrow dan Roran bangun, Roran mengatakan bahwa ia mendengar sesuatu semalam, tapi tidak membahasnya lebih lanjut.
Setelah sarpan, Eragon pergi lagi ke pondok naga itu sambil membawa sosis. Sesampainya ia di pondok, ia mendapati naga itu sedang bertengger di cabang pohon tersebut sambil mengunyah-ngunyah sesuatu. Ternyata, ia menangkap seekor burung dan memakannya. Setelah naga itu memakan sosis yang dibawa Eragon, ia memeriksa jenis kelamin naga itu. Namun ia tidak dapat menentukan jenis kelamin naga tersebut. Setelah iotu Eragon bermain-main bersama naga itu sampai matahri terbenam dan ia segera pulang. Malamnya, Eragon terbayang akan hal-hal buruk yag\ng mungkin terjadi pada naga tersebut. Hal-hal tersebut pun terbawa mimpi.
Paginya, Eragon langsung berlari dari rumahnya menuju ke pondok sambil membawa makanan dan kain tambahan. Ternyata mimpi-mimpinya tidak terjadi, naganya baik-baik saja dan telah terjaga saat itu. Naga itu segera menghampirinya ketika ia datang. Naga itu tampak ketakutan, sehingga Eragon mengelus-elusnya untuk menenangkan. Setelah bermain selama beberapa waktu, Eragon bergegas pulang.
Hari-hari berikutnya ia jalani dengan rutinitas yang sama, pergi ke pondok, memberi naga tersebut sarapan lalu pulang. Siangnya, ia melakukan tugas-tugasnya di rumah dan lalu pergi ke lagi ke pondok. Selang beberapa hari, naga itu telah berkembang. Perkembangannya amatlah pesat. Dalam seminggu, besar tubuhnya telah berlipat ganda. Tingginya juga telah mencapai lutut Eragon. Hal ini memaksa Eragon untuk membuat pondok lagi. Selama tiga hari, ia membuat sebuah pondok di tanah. Lama kelamaan, ia semakin bisa melakukan kontak mental dengan naga itu, walau tanpa kata-kata. Dalam waktu singkat, ia mampu menghubungi naga itu dari radius sembilan mil lebih. Hingga pada suatu malam, ketika ia sedang bersama naga itu, ia merasakan naga itu memanggil namanya melalui benaknya.
TEH UNTUK BERDUA
Setelah kejadian itu, Eragon dan Roran pergi ke Carvahall karena ia akan membantu Horst untuk memperbaiki pahat. Sementara Roran bekerja, Eragon pergi ke rumah Brom dan disampbut oleh Brom sendiri di depan rumahnya. Brom kemudian mempersilahkan Eragon untuk masuk. Di dalam rumah, setelah ia duduk, ia menanyai Brom mengenai para Penunggang Naga.
Brom mengawali ceritanya dengan sebuah nama, yaitu Shur’tugal, nama lain bagi para Penunggang. Brom melanjutkan ceritanya dengan asal muasal naga. Eragon sempat menyelanya dengan pertanyaan mengenai elf, yang tadi sempat disinggung Brom. Brom menjawabnya dengan cerita mengenai asal para elf. Dalam ceritanya, Brom s\menyatkan bahwa semua hal megenai elf dan naga adalah saling berhubungan, sejak ketika elf yang menjadi Penunggang pertama, Eragon, menemukan sebutir telur naga. Eragon terkejut mengetahui asal namanya yang dari Penunggang pertama, ia menanyakan Brom mengenai arti namanya, namun sayang Brom tidak mengetahuinya.
Brom melanjutkan ceritanya dengan siklus hidup naga. Eragon menanyai Brom banyak hal berdasar pada pengetahuannya mengenai naganya. Ketika Brom menanyai Eragon darimana ia mengetahui hal-hal tersebut, Eragon berkilah bahwa ia mengetahuinya dari seorang pedangang yang ia lupa namanya. Terakhir, Eragon menanyai Brom mengenai nama-nama naga. Setelah itu, Eragon pergi dari rumah Brom sambil berpikir mengenai apa yang baru saja diketahuinya.
NAMA YANG PUNYA KEKUATAN
Ia kemudian pulang bersama Roran. Dalam perjalanan, Roran menceritakan kalu ia ditawari pekerjaan di Therinsford oleh Dempton, seorang tukang giling di Therinsford. Roran mengatakan bahwa ia akan menerima pekerjaan itu, karena ia ingin menikahi Katrina. Setelah itu, mereka berjalan dalam diam meuju rumah.
Sesampainya di rumah, Eragon pergi menemui naganya. Eragon mencoba memebrinya nama berdasar pada nama –nama yang telah diberitahu oleh Brom. Dari sekian banyak nama, semuanya ditolak oleh naga tersebut. Hingga pada akhirnya Eragon menyadari kalau naganya adalah betina, dan ia menawarkan nama lain yang akhirnya diterima naga tersebut, Saphira.
CALON TUKANG GILING
Mentari telah terbenam saat mereka makan malam di rumah. Pada saat itu, Roran menceritakan pada Garrow mengenai dirinya yang dir\tawari pekerjaan di Therinsford. Roran juga mengatakan kalu ia ingin menerimanya. Garrow menyetujui keputusan Roran tersebut. Setelah malam itu, Eragon menjadi mudah marah. Ia mencoba mengalihkan kemarahannya dengan pergi menemui Saphira. Mereka saling berkomunikasi melalui benak mereka, dan Eragon merasa bebas mencurahkan perasaannya pada Saphira.
Dalam minggu tersebut, pertumbuhan Saphira semakin pesat. Bahu Saphira telah melebihi bahu Eragon sekarang , dan Saphira semakin mengerti apa yang dikatakan Eragon. Bagi Eragon, Saphira benar-benar menjadi teman bicara yang unik karena ia serumit dan sekompleks manusia. Eragon memutuskan untuk belum menunjukkan Saphira pada keluarganya. Ia mengetahui akan ada banyak komentar negatif pada dirinya.
Malam sebelum keberangkatan Roran, Eragon berniat mengajaknya bercakap-cakap. Ia melihat Roran sedang mengepak barang-barangnya dan kemudian memain-mainkan batu mengilap yang dulu pernah diberikan Eragon. Ketika melihat Roran tidak membawanya, Eragon pun berlalu.
ORANG-ORANG ASING DI CARVAHALL
Roran sedang bersiap-siap berangkat. Setelah mengikat tali sepatu botnya, Roran mengucapkan salam terakhir pada Garrow. Garrow memeberinya sejumlah uang dan memberinya nasihat-nasihat yang juga ditujukan pada Eragon. Setelah itu, Eragon mengantar Roran ke Carvahall dan menemui Dempton yang sedang menunggu Roran. Pada saat Dempton dan Roran berbincang-bincang, Horst memanggil Eragon. Ia memerintahkan Eragon agar membuang batu yang pernah ditunjukkannya karena ada dua orang misterius yang mencari-cari batu itu.
Setelah mengetahui hal tersebut, Eragon pergi. Pada saat itu ia mendengar suara Sloan yang sedang berbicara dengan seseorang. Sloan memberi tahu orang tersebut mengenai batu yang ditemukan Eragon. Eragon sempat mengintip orang yang sedang berbicara dengan Sloan, ternyata ada dua orang yang sedang berbicara dengannya. Orang misterius itu melihat Eragon. Ia merasakan tatapan mereka melumpuhkan dirinya. Ia mencoba untuk bergerak, namun ia tak bisa. Kedua orang tersebut makin mendekati Eragon. Tepat ketika mereka hendak mencabut pedang mereka, ada seseorang yang memanggil namanya. Kedua orang itu berhenti bergerak. Eragon kemudian melihat orang yang memanggilnya, Brom.Kedua orang misterius itu menatap Eragon sejenak lalu pergi. Setelah mereka pergi, Brom membantu Eragon untuk berdiri. Pada saat menjabat eragon, sarung tangannya, yang ia pakai untuk menyembunyikan tanda putih oval di tangannya terlepas dan jatuh. Ketika Brom mengembalikannya, Brom menarik tangn Eragon dan melihat tanda tersebut di telapak tangan Eragon. Setelah Eragon menarik tangannya, ia bergegas pergi. Sambil berjalan, ia mendengar Brom bersiul-siul di kejauhan.
TERBANG
Eragon berlari sekencang mungkin menuju rumah. Ia berusaha memnggil Saphira, tetapi tka bisa, karena jarak yang terlalu jauh. Ketika sampai di rumah, ia melihat Garrow sedang berdiri di lumbung bersama kuda-kuda. Ia menyelinap ke hutan dan segera memnggil Saphira. Saat Saphira datang, ia menanyai Eragon tentang apa yang terjadi. Eragon menceritakan apa yang terjadi di Carvahall pada Saphira dan terjadi sesuatu yang di luar dugaan. Saphira mengamuk setelah mendengar cerita tentang kedua orang asing tersebut. Eragon lalu berusaha menenangkan naga itu. Ketika berhasil, tanpa disangka Saphira membawa Eragon terbang, karena saat itu ia berada di atas punggung Saphira. Mereka terbang amat jauh, hingga akhirnya Saphira mendarat di suatu tempat di Spine pada saat mentari telah terbenam.
Setealah turun, Eragon mendapati kakinya terluka pada bagian paha karena tergesek sisik-sisik Saphira. Eragon lalu mencoba berbicara pada Saphira. Ia dapat merasakan ketakutan dalam benak naga itu. Eragon mencoba menenangkan naga itu dan berbincang sebentar. Eragon mulai merasa kedinginan, juga karena kakinya yang luka membuatnya sulit berjalan, Saphira membantunya mencari tempat berlindung. Setelah menemukan temapt berlindung, Saphira tidur dengan posisi menyamping, dan Eragon meringkuk pada bagian perut Spahira. Saphira lalu menaungi Eragon dengan sayapnya, membuat Eragon merasa hangat.
KEHANCURAN ORANG YANG TIDAK BERSALAH
Eragon terbangun di pagi hari dan mendapati sayap Saphira masih menaunginya. Ia segera membangunkan Saphira, dan ketika Saphira melipat sayapnya, Eragon mendapati kalau ia sedang berada di suatu tempat di Spine yang tak ia kenal. Segera setelah berjalan dan mencari air, Eragon kembali ke tempat Saphira menunggu dan tersadar kalu tempat itu adalah tempat ia menemukan telur Saphira.
Setelah kembali bersama Saphira, Eragon mencoba mengajaknya untuk membawanya kembali. Eragon juga mencoba membangiktkan amarah Saphira agar ia tidak lagi melrikan diri setelah mendengar kabar dua orang asing tersebut. Saphira menyetujui ajakan Eragon dan dengan segera membawanya terbang kembali ke rumah. Menjelang sore, Lembah Palancar sudah terlihat. Ketika ia melihat tanah pertaniannya terbakar, ia memerintahkan Saphira untuk segera mendarat. Setelah turun, Eragon melihat rumahnya telah hancur berantakan. Eragon segera mencari Garrow di tengah reruntuhan rumahnya. Ia menemukan Garrow di bagian sisa-sisa dapur. Garrow terjepit di bawah reruntuhan atap. Setelah berhasil mengeluarkan Garrow, ia melihat Garrow dalam keadaan yang mengenaskan, banyak luka bakar di sekujur tubuhnya. Ia memerintahkan Saphira untuk membawa ke Carvahall, dan Saphira segera menerbangkannya.
Ketika Eragon sampai di Carvahall fan berjalan menuju ke dalam desa, ia merasakan rasa sakit pada sekujur tubuhnya. Ia merasakn rasa sakit itu mengaburkan indra-indranya. Ia melihat Brom berlari mendekati dirinya. Saat Brom berusaha berbicara dengan Eragon, yang tidak satupun perkataannya yang dapat Eragon mengerti, Eragon jatuh pingsan.
MENANTI KEMATIAN
Eragon terbangun dalam keadaan di perban. Ia melihat sekeliling tempat ia tidur dan melihat Gertrude, dukun kota, sedang tertidur. Ketika Gertrude terbangun, Eragon menanyaiynya tentang keadaan Garrow. Gertrude memberitahu bahwa Garrow berada di rumah Horst, Luka-luka Garrow tidak kunjung sembuh, dan ia juga terserang demam yang juga belum turun. Ketika Eragon ingin pergi, Gertrude melarangnya karena ia baru saja terbangun dari tidurnya selama dua hari penuh. Gertrude juga memberitahu kalau separuh kulit pahanya tercabik dan Eragon pun mengurungkan niatnya.
Gertrude menanyai Eragon mengenai apa yang terjadi samapai Eragon menjadi seperti itu, akan tetapi Eragon tidak memeberitahunya. Sesudah makan, Eragon bertanya lagi apakah ia boleh mengunjungi Garrow. Kali ini ia diperbolehkan oleh Gertrude untuk pergi. Eragon pergi ke rumah Horst dan disambut oleh Elain, istri Horst. Elain mengantar Eragon ke kamar tempat Garrow berada. Ketika menyentuh dahi pamannya itu, ia merasakan panas yang membara. Ketika ia menyingkapkan selimut Garrow, ia melihat banyak luka Garrow yang telah ditutup dengan kain, akan tetapi luka bakarnya dibiarkan terbuka dan masih belum sembuh.
Horst menghampiri Eragon di kamar Garrow dan mengajaknya turun. Di bawah, Elain telah menyediakan makanan di atas meja akan tetapi Eragon hanya mampu makan beberapa suap. Setelah itu, Horst menanyai Eragon tentang apa yang terjadi pada dirinya. Eragon terpaksa berbohong pada saat menceritakan hal itu. Horst juga menanyai Eragon mengenai batu miliknya. Eragon menyatakan kalau batu itu sudah tidak ada padanya. Di ruangan itu, terdapat juga dua orang putra Horst, Albriech dan Baldor. Mereka juga turut berbincang –bincang. Eragon menanyai apakah Roran telah mengetahui hal-hal tersebut. Berhubung mereka belum menyampaikannya pada Roran, karena cuaca yang buruk selama dua hari yang lalu, Horst mengutus mereka untuk pergi pada saat itu.
Eragon tetap diam di ruang itu dan menyadari ada yang memanggil-manggilnya. Ia mencari asal suara itu, namun tidak melihat siapa yang memanggilnya. Elain yang sedang duduk di ruangan itu tampak tenang-tenang saja. Tiba-tiba ada sebuah raungan yang memanggil namanya. Raungan itu begitu kuat, hingga membuatnya hampir terjatuh dari kursi. Ternyata raungnan itu berasal dari dalam benaknya sendiri. Suara-suara yang memanggil namanya itu berasal dari Saphira. Saphira menceritakan pengalamannya selama dua hari setelah ditinggal Eragon. Setelah selesai berbincan dengan Saphira, Eragon memutuskanunruk kembali ke rumah Gertrude untuk tidur. Elain yang mendengar hal itu, menyarankan agar Eragon tidur di rumahnya. Elain membawanya ke kamarnya di koridor yang sama dengan kamar Garrow. Setelah ditinggal Elain di kamar, Eragon menyelinap ke kamar Garrow. Di kamar Garrow, terdapat Gertrude yang sedang merawat dirinya. Gertrude memberitahu Eragon kalau demam Garrow sudah mereda dan beberapa lukanya mulai pulih. Eragon lalu kembali ke kamarnya dan tidur.
KESINTINGAN HIDUP
Eragon terjaga di tengah malam, disergap dengan sebuah firasat buruk. Ia segera keluar dari kamarnya dan melihat pintu kamar Garrow terbuka dan banyak orang berkerumun di dalam. Garrow tampak sedang tertidur, akan tetapi ia mengenakan kalung perak dan ada tanaman hemlock di atas dadanya, tanda seseorang telah meninggal. Eragon merasa kehilangan seluruh vitalitasnya. Ia merasakan ada yang membaawanya ke kamarnya. Sesampainya di kamar, ia langsung menagnis di tempat tidur, menyadari ia telah kehilangan semua keluarganya. Eragon menyadari Elain duduk di sampingnya, memeluknya, dan akhirnya karena kelelahan, Eragon tertidur.
PEDANG PENUNGGANG
Ia kembali terjaga di pagi hari. Ia berbicara pada Saphira melalui benaknya. Saphira mendengarkan semua keluhan Eragon dan memberiya nasihat-nasihat. Eragon mendengarkan dan menyadari ia merasakan kemarahan yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan kesedihannya. Saphira menginginkan Eragon untuk membalas dendam dan Eragon menytujuinya.
Eragon lalu bangkit dari tempat tidurnya dan menyelinap keluar. Ia mendengar ada dua orang yang berbicara, Horst dan Elain. Eragon langsung menyelinap pergi. Ia pergi ke tempat penyamakan kulit Gedric. Ia mengambil tiga helai kulit sapi yang besar dn kemudian kabur. Ia berkata dalam hati untuk membayar Gedric saat ia bisa kembali. Ia menyembunyikan kulit-kulit itu dan mencuri daging dari tempat Sloan. Saat ia keluar, ia mendengar ada seorang wanita yang meneriakkan namanya. Ia segera melarikan diri dan menyembunikan diri di balik sudut sebuah rumah dan melihat Horst melintas. Setelah Horst tidak lagi terlihat, Eragon berlari lagi ke tempat ia menyembunyikan kulit-kulit tadi. Di belakangnya, Brom berdiri dengan kulit-kulit tersebut di tangannya. Ternyata Brom telah menunggunya di tempat itu. Brom juga memberitahu kalau ia mengetahui Eragon memiliki naga karena ia melihat tanda putih oval di telapak tangannya, tanda seseorang menyentuh naga yang baru menetas, yang disebut gedwëy ignasia. Ketika Eragon memanggil Saphira, Brom memerintahkan Saphira untuk tidak turun. Brom dan Eragon berbicara sebentar. Brom menanyakan apa yang akan Eragon lakukan. Eragon merasa kalu Brom cukup bisa dipercaya, dan memutuskan untuk mengajaknya pergi. Brom menyetujuinya dan segera pergi bersama Eragon. Eragon segera meberitahu Saphira dan menyuruhnya untuk pergi ke tanah pertanian dan menunggunya disana. Ternyata Brom telah mempersiapkan segalanya, ia telah menitipkan pesan pada Gertrude tentang Eragon. Eragon dan Brom akhirnya smpai di tanah pertanian Eragon. Tak lama, Saphira pun datang dan Brom berjalan mendekatinya. Brom menggumamkan sesuatu yang tak dapat di dengar Eragon. Saphira memeberitahu Eragon mengenai apa yang ia lihat melelui mata Eragon. Ketika Brom menanyakan nama naga itu, Eragon hanya menjawab singkat, Saphira. Setelah Brom memberi salam pada Saphira, Eragon masuk ke reruntuhan rumahnya, mencoba mencari apa yang tersisa dari kamarnya. Ia menemukan busurnya serta tabung anak panahnya. Setelah membawa busurnya, Eragon dan Brom pergi ke arah hutan, Saphira mengikuti mereka dari atas.
Eragon menemukan tempat, sebuah tempat yang ukup untuk dua orang dan seekor naga. Eragon segera memasak air dari salju yang ia masukkan ke dalam panci dan ia panaskan di atas api unggun. Setelah airnya mendidih, ia menyobek-nyobek daging dan memasukkannya ke dalam panci bersama sepotong garam. Sewaktu dagingnya telah empuk, Eragon meyajikannya dan Brom serta dirinya menyantapnya. Setelah makan, Brom menyulut pipanya dan Eragon memulai pembicaraan. Eragon menanyakan mengapa Brom ingin ikut dengannya. Brom hanya mengatakan kalau ia ingin mencari cerita yang bagus, apalagi karena Eragon adalah Penunggang pertama di luar kendali raja Galbatorix setelah seratus tahun. Eragon lalu menanyakan bagaimana Brom dapat berbicara dengan Saphira. Brom tidak menjawabnya dengan kata-kata, ia mengeluarkan sebuah benda panjang yang dibungkus, kemudian membukanya. Tampaklah sebilah pedang berwarna merah dengan gagang yang ketika dipegang Eragon terasa sangat cocok dengannya, seakan pedang itu dibuat untuknya.
Brom hanya mengatakan kalau pedang itu dulunya milik seorang Penunggang tanpa menyebutkan namanya. Pedang itu sendiri memiliki nama, Zar’roc, yang diberikan oleh Penunggang pemiliknya, tetapi tidak diketahui arrtinya oleh Brom. Brom kemudian memberikan pedang itu kepada Eragon dan mengatakan kalu pedang itu menjadi miliknya. Ketika Saphira melihat pedang itu, Saphira hanya mengatakan kalu pedang tu memiliki kekuatan. Setelah itu, Eragon menanyai Brom perihal orang-orang asing tersebut. Brom memberitahu nama mereka, Ra’zac, salah satu abdi raja Galbatorix. Brom hanya mengatakan kalu mereka sangat kuat dan memberitahu sedikit mengenai kemampuan mereka. Setelah itu, giliran Brom menanyai Eragon. Ia menanyakan bagaiman Eragon menemukan Saphira. Eragon dengan ragu-ragu menceritakan segala yang telah terjadi sejak ia menemukan telur itu di Spine. Eragon pada akhirnya mempertanyakan siapa sebenarnya Brom. Brom hanya menjawab bahwa ia ada untuk membantu Eragon. Setelah itu, Eragon tidur di samping Saphira dan Brom tidur di dalam kantong tidurnya.
MEMBUAT PELANA
Sewaktu Eragon bangun, Brom sedang memasak sarapan. Setelah bersantap, Eragon mengambil kulit-kulit curiannya dan menghamparkannya di tanah. Eragon berkata bahwa ia ingin membuat pelana unutk Saphira. Brom membantunya dalam membuat pelana itu. Selama Brom bekerja, Eragon memperbaiki ransel dan mengatur persediaan mereka. Hari telah malam ketika Brom meyelesaikan pelananya. Eragon memutuskan untuk tidak mecoba pelana itu dulu, karena ia kurang bersemangat untuk terbang setelah apa yang terjadi pada dirinya setelah penerbangan terakhir. Eragon dan Brom berbincang-bincang untuk beberapa saat, Brom menyatakan bahwa mereka membutuhkan kuda karena Saphta belum cukup uat untuk membawa mereka berdua. Kemudian Brom menceramahi Eragon tentang apa yang sedang dihadapinya. Eragon hanyamendengarkan dan setelah menambahkan kayu ke api unggun, mereka kembali tidur.
THERINSFORD
Brom dan Eragon terbangun saat subuh, bersiap-siap dan segera pergi, dipandu oleh jejak Ra’zac. Sebelum berangkat, Eragon memasang pelana di punggung Saphira dan menyuruhnya terbang. Sambli berjalan, Eragon bertanya lagi pada Brom, kali ini mengenai apa sbenarnya yang dapat dilakukan oleh naga. Brom tidak langsung mejwab pertanyaan itu, ia mengawalinya dengan siklus hidup naga. Eragon baru mengetahui kalau naga baru akan menetas saat naga di dalm telur merasakan saat yang tepat, yaitu pada saat orang yang ditakdirkan menjadi Penunggang berada di dekatnya. Setelah itu, Brom menjelaskan kapan dan apa yang naga makan. Brom juga mejelaskan bagaimana teknik-teknik menyerang saat naik naga dan bertempur melawan naga. Saat mereka hampir tiba di Therinsford, malam sudah tiba. Saat itu Eragon menanyai Brom tentang siapa pemilik Zar’roc. Brom menjawab kalau ia tidak akan memberitahunya, demi melindungi Eragon. Mereka segera menemukan tempat yang nyaman unutk berkemah dan Saphira segera bergabung dengan mereka. Saat Eragon sedang berbicara dengan Saphira, Brom melemparkan sebatang tongkat yang berbentuk seperti pedang, dan menyuruh Eragon untuk mempertahankan diri. Mereka berlatih cara menggunakan pedang.
Setelah selesai berlatih, tubuh Eragon mengalami banyak memar. Keesokan paginya, setelah sarapan, mereka segera berjalan ke Therinsford, karena mereka berniat untuk sampai di sana sebelum tengah hari. Diantara jalan dan kota, terdapat sebuah jembatan, karena di bawahnya mengalir Sungai Anora. Di jembatan itu berdiri seorang pria yang kotor. Ia meminta mereka untuk membayar lima crown sebelum mereka lewat. Tanpa basa-basi Brom segera membayar pria iru. Pada saat melintas, Brom berpura-pura jatuh dan meraih lengan orang itu. Ternyata, ia mengambil seluruh uang pria itu. Ketika mereka sudah sampai di dekat kota, mereka mendengar pria itu baru berteriak.
Mereka segera menanyai sorang anak tentang dimana mereka bisa membeli kuda. Anak itu memberitahu mereka, dan Brom memberinya sekeping uang logam. Mereka segera pergi ke tempat penjualan kuda. Penjualnya, Haberth, yang sedang menyikat kuda putih, langsung menyambut mereka dan menanyai keperluan mereka. Brom segera mengatakan bahwa ia membutuhkan dua ekor kuda dan seluruh perlengkapannya. Haberth lalu pergi dan mengambil seluruh keperluan yang mereka butuhkan. Kemudian ia mengambil dua ekor kuda, yang satu berwarna coklat kemerahan dan yang satu berwarna abu-abu. Brom memutuskan mengambil kuda yang coklat, tetapi tidak dengan yang abu-abu. Ia meminta kuda putih yang tadi sedang disikat Haberth. Haberth sesungguhnya tidak ingin menjual kuda putih itu, yang bernama Snowfire, karena ia ingin menjadikannya pejatan. Tetapi Brom menanyai berapa harga yang diperlukan untuk mengambil Snowfire. Harga yang diberikan adalah dua ratus crown, yang langsung dibayar oleh Brom. Dengan enggan, haberth memberikan kuda itu pada Brom yang berjanji akan merawat kuda itu sebaik mungkin. Setelah menaruh seluruh peralatan mereka di pelana kuda-kuda itu, mereka langsung pergi.
Saat perjalanan, mereka melihat Utgard, sebuah gunung yang dulunya adalah tempat Penunggang terakhir, Vrael mengungsi dari kejaran Galbatorix. Sesudah kematian Vrael, tempat yang dulunya bernama Edoc’sil, yang artinya ”Tidak Tertaklukkan”, disebut oleh oleh orang awam sebagai Utgard atau Ristvak’baen, yang artinya ”Tempat Kesedihan”, cerita Brom. Mereka kemudian menanjak ke celah yang membelah pegunungan Utgard dan Eragon melihat di bawahnya terdapat dataran yang amat luas. Ia mengerti sekarang alasan Brom membeli kuda. Setelah itu mereka turun dan Brom menyuruh Eragon untuk meberika nama pada kuda yang ia tunggangi. Ia memberinya nama Cadoc, sesuai dengan nama kakekya. Malamnya, setelah makan malam, mereka berlatih pedang lagi, yang lebih singkat dibandingkan latihan malam sebelumnya.
RAUNGAN GUNTUR DAN DERAK KILAT
Pagi menjelang, Eragon bangun dan merenungkan apa saj yang telah terjadi dan ia memutuskan untuk membunuh Ra’zac. Ia mebayangkan sosok-sosok Ra’zac yang ia bunuh dengan anak-anak panahnya. Mereka pergi dengan berkuda. Mereka memulai perjalanan dengan menuruni lereng yang curam. Menjelang tengah hari, mereka sudah sampai di kaki pegunungan. Setelah turun, Eragon melihat ke semua arah, benar-benar dataran yang sangat datar, seumur hidup Eragon berada di daerah pegunungan, ini adalah kali pertama baginya melihat dataran seluas itu. Brom menyatakan kalu Ra’zac pergi menuju Yazuac, sebuah desa kecil berjarak empat hari perjalanan, dekat dengan Sungai Ninor. Setelah minum dan mengisi kantong air mereka, mereka segera berangkat kembali ke arah timur dan meyeberangi dataran itu.
Angin benar-benar kencang, karena tidak adanya pepohonan. Bibir Eragon menjadi pecah-pecah, seperti Brom. Malam tiba, mereka segera berkemah. Pada saat Eragon mencoba menyalakan api unggun, ia tidak berhasil. Brom mencobanya dan berhasil pada saat ia menyalakan pemantik sambil memaki sebuah kata, brisingr. Mereka kembali berlatih pedang selam makanan dimasak. Mereka hanya berlatih sebentar karena kelelahan, dan setelah makan, mereka segera tidur di samping Saphira. Keesokan harinya, mereka melakukan perjalanan yang sama, terasa amat monoton. Di hari ketiga di dataran tersebut, terjadi sebuah badai dalam perjalanan mereka. Saphira yang sedang terbang segera diperintahkan Eragon untuk mendarat. Pada saat ia mendarat, angin mencapainya, menariknya keatasa. Eragon segera membantu Saphira dalam melipat sayapnya agar ia tidak terseret angin. Setelah angin kencang lewat, datang hujan deras yang membasahi mereka semua. Setelah hujan mereda, mereka melanjutkan perjalanannya dan mencari sebuah tempat untuk berlindung. Setelah sampai, mereka langsung beristirahat karena kelelahan menghadapi badai.
PENCERAHAN DI YAZUAC
Mereka sudah hampir mencapai Yazuac pada esok harinya. Setelah meminta Saphira menunggu di dekat Sungai Ninor, mereka melesat menuju Yazuac. Kondisi desa itu aneh, amat sepi. Tidak ada seorang pun yang keluar dari kota itu. Setelah mengitari kota, mereka masuk dan mendapati kota itu kosong. Rumah-rumah tampak rusak, dan ditengah kota, terdapt tumpukan mayat warga Yazuac. Brom mengidentifikasi bahwa kota tersebut telah dibantai Urgal-Urgal. Ternyata, di kota itu masih ada Urgal. Urgal-Urgal itu meyerang mereka. Eragon berusaha lari, akan tetapi Urgal itu mengejarnya. Ia sempat memanah beberapa Urgal dan menjatuhkannya. Beberapa saat kemudian, ia melihat Brom telah meringkuk dengan lengan yang berdarah-darah di atas Snowfire. Dengan marah, Eragon berlari dan menyeruduk Urgal yang berniat menyerang Brom. Urgal itu kemudian mengejar Eragon. Eragon berlari, berusaha menjauhkan Urgal-Urgal dari Brom.
Ia menyelinap masuk di lorong antara dua rumah dan mendapati lorong itu buntu, saat ia berbalik, kedua Urgal itu telah menghadangnya. Eragon menghadapi Urgal-Urgal itu. Dalam benak Eragon, terbayang tumpukan mayat tadi yang berada di tengah kota. Ia memikirkan banyak hal dan merasakan kekuatan yang amat besar berkumpul. Ia menegakkan diri, memasang anak panahnya dan membidik kedua Urgal itu. Kedua Urgal itu tertawa dan mengangkat perisai mereka. Sambil melepaskan anak panahnya, Eragon meneriakkan sebuah kata, brisingr. Anah panahnya melesat menuju kedua Urgal itu, menyala dengan cahaya biru sepanjang anak panah itu. Anak panah itu menghntam Urgal yang pertama dan sebuah gelombang kejut berwarna biru meledak dan membunuh Urgal yang satunya. Setelah itu, Eragon merasa amat kelelahan dan jatuh merosot ke dinding.
TEGURAN
Setelah kekuatannya kembali sedikit, Eragon melangkah terhuyung-huyung keluar dari lorong. Ia berjalan mendekati Brom yang berada di atas Snowfire, menurunkannya, akan tetapi ia tidak terlalu kuat dan Brom jatuh ke tanah. Saphira datang dan mendarat di hadapannya. Eragon menceritakan apa yang terjadi pada Saphira. Saphira agaknya terkejut setelah mengetahui kalu Eragon yang membunuh Urgal-Urgal itu. Pada saat Eragon telah selesai membersihkan dan memerban luka Brom, ia berusaha pergi,akan tetapi ia masih belum bisa berjalan. Saphira membantunya dengan mengangkat Brom dan menaruhnya di punggungnya. Tak lama, Brom tersadar dan berbicara sebentar dengan Eragon, menyuruhnya menyarungkan pedang miliknya, setelah itu, Eragon memerintahkan Saphira untuk pergi membawa Brom ke tempat menginap di luar Yazuac. Eragon lalu mengkuti Saphira dengan membawa kedua kuda. Dalam perjalanan, ia menyadari kalau ia telah menggunakan sihir. Saat Eragon sampai, ia melihat api unggun kecil telah menyala dan Brom sedang merawat lengannya. Mereka merebus air untuk membersihkan luka Brom dan sesudah itu mereka makan.
Setelah selesai makan, Brom menanyai Eragon tentang apa yang terjadi. Eragon menceritakannya tanpa mengurangi apapun. Brom terdiam sebentar dan memperingatkan Eragon tentang apa yang baru saja ia lakukan unutk membunuh Urgal-Urgal itu. Eragon mngatakan kalau ia membutuhkan sihir itu apalagi saat ia bertempur, sebab Brom tidak mau mengajari cara menggunakannya. Setelah berbincang sebentar, Brom memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan dan menyuruhnya tidur. Sebelumnya, Brom menjelaskan sedikit mengenai cara kerja sihir. Brom memberitahu Eragon bahwa Sihir yang ia lakukan berdasar pada kata kuno yang ia ucapkan. Eragon terus memberondongnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak kesemuanya dijawab Brom, hinggan akhirnya mereka tidur.
SIHIR ADALAH HAL YANG SANGAT SEDERHANA
Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan. Eragon menanyai Brom mengenai apa yang terjadi pada dirinya hingga mendapat luka di lengannya tersebut. Brom menceritakan apa yang terjadi sambil menjelaskan sedikit tentang sihir, baik sihir Penunggang, wizard, serta sorcerer. Pada ahirnya Brom memuji Eragon atas apa yang berhasil ia lakukan saat menghadapi keda Urgal kemarin. Eragon menanyai Brom lagi mengenai cara menggunakan sihir. Brom mengatakan bahwa sihir itu tergantung pada kata kuno yang ia ucapkan serta kekuatan dari penggunanya sendiri. Kemudian Brom mencontohkan bagaimana ia menggunakan kalimat kuno, dan hasilnya seekor burung terbang langsung ke telapak tangannya. Brom juga mengatakan kalu semua orang memiliki nama sejati. Eragon ingin mengetahuinya, akan tetapi Brom tidak mengetahuinya dan tidak memberitahunya.
Setelah itu, Brom mengajari Eragon cara menggunakan sihir. Brom meltihnya dengan menyuruhnya mengangkat sebutir kerikil. Brom memberitahu kata yang harus digunakan, stenr reisa, dan meyuruh Eragon mencobanya. Eragon mencoba mencari dalam benaknya dimana kekuatan itu tersembunyi. Ia menemukannya dan ketika mengucapkan kata tadi, batu di telapak tangannya langsung terangkat dan gedwëy ignasia-nya berpendar. Eragon diperintahkan Brom unutk mengulanginya lagi selama beberapa jam. Setelah itu, Eragon diberitahu beberapa kata kuno lainnya. Malamnya, mereka berlatih pedang lagi.
Esok harinya dilanjutkan dengan rutinitas yang sama. Eragon mempelajari kata-kata kuno, mencoba memanipulasi batunya supaya terangkat, dan berlatih pedang di malam hari. Dalam waktu singkat, batunya terangkat tanpa bergoyang-goyang, dan setelah itu Brom memberinya latihan yang lain lagi. Tentang berlatih pedang, perkembangan Eragon juga pesat, sekarang pukulannya menjadi lebih berat dan tangannya tidak lagi gemetar saat menangkis serangan. Latihan malam mereka menjadi berlangsung lebih lama. Saphira juga terus bertumbuh. Terbangnya sudah semakin lama. Tingginya sekarang melebihi kuda dan jadi jauh lebih panjang.
Perjalanan mereka sekarang mengarah ke selatan, mengikuti jejak Ra’zac. Hingga akhirnya mereka mendekati Daret, desa pertama setelah Yazuac. Malam sebelum mereka sampai di desa, Eragon bermimpi buruk, dan Saphira menenangkannya.
Langganan:
Postingan (Atom)