Kamis, 09 Mei 2013

Me, Now

Malam terasa dingin hari ini. Banyak hal yang terakumulasi dan semakin lama semakin menyesakkan dada, namun aku tak punya tempat untuk mengeluarkan semuanya. Orang yang dulu kuanggap sahabat, sudah lama hilang dan aku tak tahu dapat kembali atau tidak. Orang yang dekat denganku pun sekarang sudah menjauh satu persatu, mereka yang aku percayai kini turut hilang ditelan bumi. Teman memang aku punya, tapi tidak cukup aku percaya untuk menjadi tempatku berbagi cerita. Malam pun terasa semakin dingin dan dingin, menggigit, menusuk kalbu. Aku berusaha mencari kehangatan, namun kepada siapa? Kepada siapa sekarang aku harus berlari, menumpahkan semua rasa? Kepada siapa aku harus mencari perlindungan? Aku tak tahu lagi. Mungkin memang karena pada dasarnya aku yang memang sulit memercayai orang, sehingga aku sulit menemukan tempat bercerita. Malam pun tetap terasa dingin. Aku pun hanya mampu duduk di sudut hatiku sendiri, menutup hatiku rapat-rapat agar tak lagi terluka, sembari terdiam memeluk lutut sendiri. 

Selasa, 25 September 2012

Terlambat

"Telat, gue udah ga mau, udah ga bisa, gue cape." Kenapa semuanya terlambat.... Ketika aku akhirnya yakin dan mantap untuk memutuskan, ia telah terlebih dahulu memutuskan untuk meninggalkanku. Aku hanya dapat menangis, ya lagi-lagi aku hanya dapat menangis ketika pengorbanan yang telah terjadi dan telah aku lakukan tidaklah setimpal dengan hasil yang kudapat. Hal ini tidaklah sia-sia, karena aku telah memperoleh apa yang aku inginkan walau tidak sepenuhnya seperti yang aku harapkan. Aku merasa ditusuk, dirusak, lalu dicampakkan dan dibuang seakan aku ini tidak ada. Aku hanya mampu duduk sendiri dan menulis sambil menangis, menahan tangis tepatnya, karena aku sudah tak memiliki siapapun untuk berbagi tangisanku ini. Aku sekarang sungguh sendiri. Hidupku berantakan, masa depanku gelap tak terlihat, dan aku tak memiliki dirinya untuk mendukungku. Malam ini sudah lewat dari pukul 01.00 dan aku masih belum dapat tertidur. Seluruh sistem organku seakan tetap terus terjaga, membuat otakku aktif dan terus menerus mengulang kejadian itu. Aku terlempar, ke dalam ketiadaan, dalam kesedihan, dan dalam kehancuran. Menyadari betapa salahnya aku selama ini hingga ini semua terjadi. Aku mati. Aku telah membuang hidupku demi seseorang yang telah membuangku. Lalu apa sebenarnya aku ini? Tidak lebih dari onggokan sampah kurasa. Aku tak lagi berguna, maka aku ditinggalkan. Mungkin sudah dibilang bahwa aku tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan, namun aku tak dapat keluar. Aku tak mampu menolong diriku sendiri. Aku membutuhkan dirinya.....

Senin, 10 September 2012

Hujan Sesaat

Hari ini, setelah sekian lama hujan akhirnya turun. Setelah berhari-hari mengalami panas yang menusuk kulit, hari ini entah dari mana datangnya, hujan turun tiba-tiba. Memang tidak lama, tapi cukup untuk membuat semuanya terasa sedikit lebih segar. Dapat dikatakan hujan yang turun sebentar itu seakan menghapus kekeringan yang terjadi. Kejadian seperti ini yang sangat membuat kita merasa rindu, ketika sedang panas-panasnya hari, langit mendadak mendung, gelap, hujan pun turun tak terbendung, membasahi setiap inci daerah yang tidak tertutup bangunan, menurunkan suhu udara, dsb, dsb, dsb, ya bisa dideskripsikan sendiri apa rasanya ketika hujan turun setelah sekian lama itu bukan? Pada intinya, yang jadi poros utama yang dibicarakan sekarang ini bukan masalah hujannya, namun apa yang kita rasakan. Turunnya hujan itu sudah umum terjadi, sepanjang hidup kita ini, pasti banyak terjadi hujan-hujan lainnya. Akan tetapi hujan setelah sekian lama itu menjadi sebuah berkah bagi banyak orang. Kita lihat saja para petani yang pengairannya bergantung pada alam, menunggu datangnya hujan membasahi sawah dan ladang mereka. Bayangkan bagaimana bersyukurnya mereka ketika hujan itu akhirnya turun. Ya seperti itulah, bayangkan sendiri.

Creativity

"Ketika kamu tidak tahu apa yang harus kamu tulis, tulis saja apapun yang ada dipikiranmu, dan kembangkan dari situ," entah dari mana aku mendengar kalimat itu, kapannya pun aku tidak ingat, namun itu menjadi salah satu penguatku ketika aku bingung harus menulis apa. Maka, aku tulis saja apapun yang terlintas dari pikiranku, dan mendadak saja aku mempunyai suatu topik yang akhirnya aku bahas terus hingga menyentuh ini dan itu. Tanpa batas. Kreatifitas itu tanpa batas, dan salah satu cara untuk mengembangkan kreatifitas itu adalah dengan membebaskan diri dari aturan yang baku dalam suatu hal, namun bukan berarti tidak mengikuti aturan itu, kita hanya berusaha berpikir dan bertindak out of box, berpikir dan melakukan hal yang tidak biasa. Memang membingungkan, sangat. Akan tetapi bahkan dari kebingungan itu kita dapat melahirkan hal-hal yang tidak kita duga, dan pelan-pelan menyedot perhatian kita dan akhirnya kita mampu menghasilkan sesuatu yang orisinil, otentik. Sebagai contoh adalah tulisan yang ini. Aku tidak tahu sebenarnya mau menulis apa pada awalnya, namun aku coba tulis saja apa yang terlintas dalam pikiranku, dan akhirnya aku sendiri yang menggali semuanya, membiarkan kata demi kata mengalir dari pikiranku dan tercetak dalam blog ini. Mungkin akan banyak hal yang tidak kita mengerti, entah karena jadi bertele-tele atau karena menjadi tidak jelas, atau bisa juga menjadi seakan buntu, mandek, tidak ada ide lagi. Akan tetapi, jangan berhenti, biarkan kreatifitas kita membimbing jemari dan pikiran kita sehingga akan terjadilah sesuatu. Jangan berhenti mencoba, jangan menyerah meski seakan tersesat, karena sesungguhnya kita tidak tersesat, mengapa? Karena bahkan kita tidak tahu mana arah yang benar, jadi mana mungkin kita tersesat, karena semuanya terasa benar saja.

Minggu, 09 September 2012

Tahun Ke-4

Tahun ini, adalah tahun terakhirku di seminari Wacana Bhakti. Sungguh tak terasa sudah 3 tahun lebih aku menjalani hidupku disini, berproses dalam sebuah seminari. Banyak hal yang terjadi sampai sekarang ini, sangat banyak, mulai dari kesenangan, kegembiraan, kesedihan, kebencian, dan masih banyak lagi yang lain, bahkan juga kejemuan. Pada tahun terakhir ini, setelah aku berpikir sekian lama, aku telah memutuskan untuk jauh menjadi lebih serius sekarang. Aku tidak akan banyak main-main sekarang. Aku akan lebih fokus belajar dan belajar, dengan harapan aku mampu membunuh waktu setahun ini dengan cepat. Aku ingin segera selesai dari kungkungan studi yang terus menerus di SMA. Dan demi itu, aku akan jauh lebih fokus belajar, jauh lebih fokus pada studi, demi semuanya selesai dengan lebih cepat dan dengan hasil yang baik pula. Semoga saja, semoga..

Mimpi dan Realitas

Sebenarnya apa itu realitas? Sebenarnya apa itu mimpi? Bukankah dalam realitas kita menemukan hal-hal nan mustahil seakan berasal dari negeri dongeng? Bukankah dalam mimpi kita menemukan hal yang pasti seperti dalam realitas? Lalu dimanakah garis batas antara mimpi dan realitas itu? Apa ketika mimpi tak mampu diwujudkan? Atau ketika realitas terlalu baik seakan tidak nyata? Bukankah realitas juga berawal dari mimpi? Bukankah mimpi juga bersumber dari realitas yang dialami secara langsung dan membuat kita berandai-andai? Lalu dimana garis batas antara mimpi dan realitas? Dimana? 
Pertanyaan ini berkecamuk dalam benakku seperti badai yang menderu. Mengacaukan akal serta pikiranku. Semua ini bersumber darinya, seorang gadis yang telah aku tangisi lebih daripada semua orang yang aku kenal kecuali ibuku sendiri. Ia memutuskan untuk membuang mimpinya, tentang aku, tentang dia, tentang kami berdua. Pedih rasanya mengetahui keinginan dan kebutuhannya akan seorang yang nyata, yang mampu hadir bagi dirinya setiap saat, physically, namun tak dapat aku wujudkan. Aku terbatas. Aku hanya mampu hadir sebatas kata-kata dan suara, bukan keberadaan nyata seperti yang ia harapkan, hanya sebuah perwujudan dari alam mimpi dan khayalan. Aku pun turut membutuhkannya, namun sebelum ia berpikir realistis seperti sekarang ini, aku telah menetapkan bahwa ini semua sementara, proses ini tidak akan selamanya berjalan, dan aku harus mampu bertahan dalam proses ini. Awalnya memang berat, karena aku terus-menerus merindukan keberadaan dirinya, sebagai konsekuensi atas ketetapanku itu. Aku perlahan terbiasa, namun keterbiasaanku itu terusik ketika mengetahui keinginannya tadi. Aku pun sadar kalau aku juga membutuhkan dirinya secara nyata. Aku tertegun ketika mengetahui bahwa aku ini hanya berada dalam mimpinya, bukan kenyataannya. Aku hanya hidup dalam spektrum khayalan, bukan realitas. Aku seketika hancur, remuk, pecah, tak bersisa. Segera setelah semua ini aku merasakan kekosongan, kekosongan yang menyesakkan, menusuk, dan mematikan. Aku bahkan tak tertarik lagi untuk berbuat apa-apa. Semangatku lenyap. Secara fisik pun aku langsung melemah. Sungguh menyakitkan semua ini. Pada akhirnya aku hanya mampu menulis, baik di lembaran kertas maupun dalam dunia maya, berharap aku mampu menyalurkan rasa sakitku ini melalui tulisan. Berharap, dan hanya berharap..

It's Been A Long Time

Yeah, it's been  long time since I've had a hiatus on writing in this blog. Many things had happened, but I couldn't tell all of it because it's all too complicated. yep, I'll try to write again in this blog, just for myself and for anybody who wants to read it. I guess, just a wild guess, that I want to be a writer someday, but I still don't know what to write, maybe in here, is where all is going to start. LOL.