Aku sudah membuat keputusan pada hari Rabu kemarin, untuk menjadi hanya sebatas kakak, teman, sahabat baginya. Namun, aku masih merasakan sebuah perasaan ganjil dalam hatiku ketika ia berbicara mengenai laki-laki lain kepadaku. Aku mau mendukungnya, mendukung semua yang ia lakukan, mendukung konsistensi keputusannya untuk tidak kembali kepadaku, namun tak kusangka rasa sakitnya sampai seperti ini. Kini, ia telah berhasil sedikit banyak menjalin komunikasi dengan laki-laki itu, dan dalam hatiku aku berkata, "ia akan sepenuhnya takkan kembali lagi padaku." Ya, aku merasa bahwa kesempatan ia akan kembali padaku sudah sepenuhnya tertutup dan takkan terbuka lagi, karena ia telah berhasil menjalankan caranya untuk melupakanku itu. Namun, caraku untuk melupakannya tak dapat berhasil. Ketetapan hatiku sedikit terganggu dengan hal ini. Keputusanku seakan goyah dalam menghadapi ini. Aku berusaha, sungguh berusaha untuk dapat mendukungnya saja, dan tidak mempermasalahkan mengenai memulai kembali hubungan kami kembali, karena aku sudah tahu alasannya mengapa ia tak mau kembali padaku. Namun, semua ini, sungguh sakit. Aku mencoba untuk bersikap biasa, tapi yang kurasa malah perasaan aneh yang mengganjal ini. Mungkin aku masih tak rela dengan keadaan ini, karena dalam hatiku aku masih mengharapkan ia akan kembali padaku, karena sesungguhnya aku masih menunggunya. Aku tak ingin mengganggu ia dalam usahanya melupakan aku ini, namun entahlah, aku masih tak bisa rela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar