Selasa, 25 September 2012

Terlambat

"Telat, gue udah ga mau, udah ga bisa, gue cape." Kenapa semuanya terlambat.... Ketika aku akhirnya yakin dan mantap untuk memutuskan, ia telah terlebih dahulu memutuskan untuk meninggalkanku. Aku hanya dapat menangis, ya lagi-lagi aku hanya dapat menangis ketika pengorbanan yang telah terjadi dan telah aku lakukan tidaklah setimpal dengan hasil yang kudapat. Hal ini tidaklah sia-sia, karena aku telah memperoleh apa yang aku inginkan walau tidak sepenuhnya seperti yang aku harapkan. Aku merasa ditusuk, dirusak, lalu dicampakkan dan dibuang seakan aku ini tidak ada. Aku hanya mampu duduk sendiri dan menulis sambil menangis, menahan tangis tepatnya, karena aku sudah tak memiliki siapapun untuk berbagi tangisanku ini. Aku sekarang sungguh sendiri. Hidupku berantakan, masa depanku gelap tak terlihat, dan aku tak memiliki dirinya untuk mendukungku. Malam ini sudah lewat dari pukul 01.00 dan aku masih belum dapat tertidur. Seluruh sistem organku seakan tetap terus terjaga, membuat otakku aktif dan terus menerus mengulang kejadian itu. Aku terlempar, ke dalam ketiadaan, dalam kesedihan, dan dalam kehancuran. Menyadari betapa salahnya aku selama ini hingga ini semua terjadi. Aku mati. Aku telah membuang hidupku demi seseorang yang telah membuangku. Lalu apa sebenarnya aku ini? Tidak lebih dari onggokan sampah kurasa. Aku tak lagi berguna, maka aku ditinggalkan. Mungkin sudah dibilang bahwa aku tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan, namun aku tak dapat keluar. Aku tak mampu menolong diriku sendiri. Aku membutuhkan dirinya.....

Senin, 10 September 2012

Hujan Sesaat

Hari ini, setelah sekian lama hujan akhirnya turun. Setelah berhari-hari mengalami panas yang menusuk kulit, hari ini entah dari mana datangnya, hujan turun tiba-tiba. Memang tidak lama, tapi cukup untuk membuat semuanya terasa sedikit lebih segar. Dapat dikatakan hujan yang turun sebentar itu seakan menghapus kekeringan yang terjadi. Kejadian seperti ini yang sangat membuat kita merasa rindu, ketika sedang panas-panasnya hari, langit mendadak mendung, gelap, hujan pun turun tak terbendung, membasahi setiap inci daerah yang tidak tertutup bangunan, menurunkan suhu udara, dsb, dsb, dsb, ya bisa dideskripsikan sendiri apa rasanya ketika hujan turun setelah sekian lama itu bukan? Pada intinya, yang jadi poros utama yang dibicarakan sekarang ini bukan masalah hujannya, namun apa yang kita rasakan. Turunnya hujan itu sudah umum terjadi, sepanjang hidup kita ini, pasti banyak terjadi hujan-hujan lainnya. Akan tetapi hujan setelah sekian lama itu menjadi sebuah berkah bagi banyak orang. Kita lihat saja para petani yang pengairannya bergantung pada alam, menunggu datangnya hujan membasahi sawah dan ladang mereka. Bayangkan bagaimana bersyukurnya mereka ketika hujan itu akhirnya turun. Ya seperti itulah, bayangkan sendiri.

Creativity

"Ketika kamu tidak tahu apa yang harus kamu tulis, tulis saja apapun yang ada dipikiranmu, dan kembangkan dari situ," entah dari mana aku mendengar kalimat itu, kapannya pun aku tidak ingat, namun itu menjadi salah satu penguatku ketika aku bingung harus menulis apa. Maka, aku tulis saja apapun yang terlintas dari pikiranku, dan mendadak saja aku mempunyai suatu topik yang akhirnya aku bahas terus hingga menyentuh ini dan itu. Tanpa batas. Kreatifitas itu tanpa batas, dan salah satu cara untuk mengembangkan kreatifitas itu adalah dengan membebaskan diri dari aturan yang baku dalam suatu hal, namun bukan berarti tidak mengikuti aturan itu, kita hanya berusaha berpikir dan bertindak out of box, berpikir dan melakukan hal yang tidak biasa. Memang membingungkan, sangat. Akan tetapi bahkan dari kebingungan itu kita dapat melahirkan hal-hal yang tidak kita duga, dan pelan-pelan menyedot perhatian kita dan akhirnya kita mampu menghasilkan sesuatu yang orisinil, otentik. Sebagai contoh adalah tulisan yang ini. Aku tidak tahu sebenarnya mau menulis apa pada awalnya, namun aku coba tulis saja apa yang terlintas dalam pikiranku, dan akhirnya aku sendiri yang menggali semuanya, membiarkan kata demi kata mengalir dari pikiranku dan tercetak dalam blog ini. Mungkin akan banyak hal yang tidak kita mengerti, entah karena jadi bertele-tele atau karena menjadi tidak jelas, atau bisa juga menjadi seakan buntu, mandek, tidak ada ide lagi. Akan tetapi, jangan berhenti, biarkan kreatifitas kita membimbing jemari dan pikiran kita sehingga akan terjadilah sesuatu. Jangan berhenti mencoba, jangan menyerah meski seakan tersesat, karena sesungguhnya kita tidak tersesat, mengapa? Karena bahkan kita tidak tahu mana arah yang benar, jadi mana mungkin kita tersesat, karena semuanya terasa benar saja.

Minggu, 09 September 2012

Tahun Ke-4

Tahun ini, adalah tahun terakhirku di seminari Wacana Bhakti. Sungguh tak terasa sudah 3 tahun lebih aku menjalani hidupku disini, berproses dalam sebuah seminari. Banyak hal yang terjadi sampai sekarang ini, sangat banyak, mulai dari kesenangan, kegembiraan, kesedihan, kebencian, dan masih banyak lagi yang lain, bahkan juga kejemuan. Pada tahun terakhir ini, setelah aku berpikir sekian lama, aku telah memutuskan untuk jauh menjadi lebih serius sekarang. Aku tidak akan banyak main-main sekarang. Aku akan lebih fokus belajar dan belajar, dengan harapan aku mampu membunuh waktu setahun ini dengan cepat. Aku ingin segera selesai dari kungkungan studi yang terus menerus di SMA. Dan demi itu, aku akan jauh lebih fokus belajar, jauh lebih fokus pada studi, demi semuanya selesai dengan lebih cepat dan dengan hasil yang baik pula. Semoga saja, semoga..

Mimpi dan Realitas

Sebenarnya apa itu realitas? Sebenarnya apa itu mimpi? Bukankah dalam realitas kita menemukan hal-hal nan mustahil seakan berasal dari negeri dongeng? Bukankah dalam mimpi kita menemukan hal yang pasti seperti dalam realitas? Lalu dimanakah garis batas antara mimpi dan realitas itu? Apa ketika mimpi tak mampu diwujudkan? Atau ketika realitas terlalu baik seakan tidak nyata? Bukankah realitas juga berawal dari mimpi? Bukankah mimpi juga bersumber dari realitas yang dialami secara langsung dan membuat kita berandai-andai? Lalu dimana garis batas antara mimpi dan realitas? Dimana? 
Pertanyaan ini berkecamuk dalam benakku seperti badai yang menderu. Mengacaukan akal serta pikiranku. Semua ini bersumber darinya, seorang gadis yang telah aku tangisi lebih daripada semua orang yang aku kenal kecuali ibuku sendiri. Ia memutuskan untuk membuang mimpinya, tentang aku, tentang dia, tentang kami berdua. Pedih rasanya mengetahui keinginan dan kebutuhannya akan seorang yang nyata, yang mampu hadir bagi dirinya setiap saat, physically, namun tak dapat aku wujudkan. Aku terbatas. Aku hanya mampu hadir sebatas kata-kata dan suara, bukan keberadaan nyata seperti yang ia harapkan, hanya sebuah perwujudan dari alam mimpi dan khayalan. Aku pun turut membutuhkannya, namun sebelum ia berpikir realistis seperti sekarang ini, aku telah menetapkan bahwa ini semua sementara, proses ini tidak akan selamanya berjalan, dan aku harus mampu bertahan dalam proses ini. Awalnya memang berat, karena aku terus-menerus merindukan keberadaan dirinya, sebagai konsekuensi atas ketetapanku itu. Aku perlahan terbiasa, namun keterbiasaanku itu terusik ketika mengetahui keinginannya tadi. Aku pun sadar kalau aku juga membutuhkan dirinya secara nyata. Aku tertegun ketika mengetahui bahwa aku ini hanya berada dalam mimpinya, bukan kenyataannya. Aku hanya hidup dalam spektrum khayalan, bukan realitas. Aku seketika hancur, remuk, pecah, tak bersisa. Segera setelah semua ini aku merasakan kekosongan, kekosongan yang menyesakkan, menusuk, dan mematikan. Aku bahkan tak tertarik lagi untuk berbuat apa-apa. Semangatku lenyap. Secara fisik pun aku langsung melemah. Sungguh menyakitkan semua ini. Pada akhirnya aku hanya mampu menulis, baik di lembaran kertas maupun dalam dunia maya, berharap aku mampu menyalurkan rasa sakitku ini melalui tulisan. Berharap, dan hanya berharap..

It's Been A Long Time

Yeah, it's been  long time since I've had a hiatus on writing in this blog. Many things had happened, but I couldn't tell all of it because it's all too complicated. yep, I'll try to write again in this blog, just for myself and for anybody who wants to read it. I guess, just a wild guess, that I want to be a writer someday, but I still don't know what to write, maybe in here, is where all is going to start. LOL.

Minggu, 22 Juli 2012

Finale

Ketika aku tak tahu lagi harus berbuat apa, sampailah aku di satu titik dimana aku merasa bahwa inilah saatnya untuk aku menyerah saja.Ya, kali ini logika sungguh telah mengalahkan kata hatiku. Ketika hatiku menjerit memintaku untuk tetap bertahan dengan semua ini, logika ku akhirnya menang melawan jeritan hatiku. Kali ini aku tunduk pada logika ku yang mengatakan untuk berhenti dan melepaskan semuanya.Ya, aku memutuskan untuk berhenti dari semua ini, dan melepas apa yang sudah tak mungkin lagi aku raih. Mungkin ini lah jalan terbaik bagiku dan baginya, yang masih belum dapat melepas seseorang yang dikasihinya sejak lama. Cinta dan sayang bukan berarti harus memiliki bukan? Maka kini aku telah memutuskan untuk melepasnya dan tak berperang lagi dengan dunia yang menghadangku. Mungkin ini lah jalan terbaik bagi dirinya, yang masih tak mampu melepas orang yang dikasihinya itu. Memang aku lah yang harus mundur, meski bayangan yang hadir ketika aku memikirkan ia akan bersama orang lain membuatku merasa ingin meledak saja. Tapi aku akan menahannya, seperti yang dahulu pernah aku alami ketika aku harus melakukan yang seperti ini. Aku sungguh tak tahu lagi apa yang harus aku perbuat, karena semua jalan tampak sudah tertutup. Mungkin ini lah jalan terakhir bagiku untuk menunjukkan rasa sayangku pada dirinya.  Aku melakukan apa yang ia inginkan, ia ingin aku pergi, maka aku akan pergi, meninggalkan dia dan seseorang yang ia sayangi tersebut. Memang waktu lah yang menunjukkan kualitas suatu rasa sayang, setahun pasti akan jauh lebih membekas dari 5 bulan bukan? Ya sudahlah, tak ada gunanya juga kalau aku terus menerus berlaku seperti ini, yang masih tak mampu melepasnya padahal ia sendiri sudah dalam proses melepas aku. Sudah. Sudah cukup semua ini.

Selasa, 12 Juni 2012

Senin, 11 Juni 2012

Jumat, 08 Juni 2012

Just A Letter

Aku sudah tak tahu lagi bagaimana harus bersikap jika berhadapan denganmu. Selalu ada pertentangan antara akal dan hatiku, dimana akal mengatakan supaya aku harus bersikap dingin namun hatiku selalu ingin aku bersikap baik kepadamu, selalu peduli padamu, selalu perhatian. Ya, aku selalu berusaha mengikuti apa kata hatiku, karena akalku telah dikaburkan dengan banyak hal, maka aku hanya mampu berpegang pada kata-kata hatiku. Aku pernah sekali mengikuti apa yang dinyatakan oleh akalku, dan pada akhirnya aku melukai dirimu dengan kata-kata. Aku tak pernah bermaksud untuk melakukannya, semua itu seakan diluar kendaliku. Aku selalu ingin kamu bahagia. Aku selalu ingin kamu tersenyum senang. Aku ingin agar kamu selalu dapat merasakan hangatnya perhatian, entah itu dariku atau dari orang lain. Aku ingin engkau selalu dan selalu bahagia dalam hidupmu. Aku mengakui, bahwa aku memang memiliki banyak kelemahan, dan mungkin dengan apa yang terjadi dari dulu sampai sekarang ini, kamu semakin mengetahui kelemahan-kelemahan diriku, yang tak dapat dipungkiri masih belum dapat aku atasi sampai sekarang ini. Namun aku akan selalu berusaha memperbaiki diriku, bagaimanapun juga. Ya, kamu lah yang selalu membuatku ingin selalu memperbaiki diri, menjadi seorang yang lebih dewasa dari hari ke hari. Mungkin memang, sekarang aku tak lagi dapat menggenggam tanganmu, namun aku akan selalu berusaha untuk hadir di belakangmu, mendukungmu ketika kamu lemah, meraihmu ketika kamu terjatuh, mendorongmu ketika kamu terhenti. Aku ingin selalu dan selalu hadir untukmu. Kini perlahan aku menjadi semakin lemah, semakin tak terkontrol, dan semakin sering menyakiti dirimu, satu hal yang selalu tak ingin aku lakukan sejak dulu. Maafkan aku, yang telah bersikap seperti itu, yang menjadi tidak dewasa dan akhirnya mengecewakanmu. Berkali-kali terlintas dalam benakku ketika aku terdiam, perkataan-perkataanku yang mengalir deras ketika itu.


Aku, telah menjadi egois

Aku, tidak memikirkan perasaanmu

Aku, masih terus meragukanmu

Aku, memang aku telah terluka berkali-kali tetapi

Aku, entah mengapa aku masih menyayangimu

Aku, mempertanyakan dalam hati semua sebab mengapa

Aku, masih terus memperhatikan dirimu

Aku, walau terus menerus menemui jalan buntu

Aku, tetap menyayangimu, tapi sampai kapan?

Aku tak tahu, tetapi

Aku akan mencoba tetap mempertahankannya

Aku akan selalu mencoba membuatmu bahagia, bagaimanapun caranya

Aku, menyayangimu, sepenuh hati



Aku sayang kamu, sungguh, meski kamu merasa aku berubah menjadi dingin, atau menjadi jauh, aku tetap memendam perasaanku ini. Aku merindukanmu (hahaha kayak lagu).
I miss you, so much dear...


Kamis, 10 Mei 2012

Antara Akal dan Hati

Tabir kenyataan terangkat,
Kebenaran terungkap
"Aku mau, 
Namun aku tak bisa"

Alasan terutarakan
Aku tertawa mendengarnya
Namun dalam hati
Aku gundah dan goyah

Akalku mengerti
Namun hatiku tak mau menerima
Bibirku tersenyum
Namun jiwaku bersedih

Aku terduduk,
Terdiam
Merengkuh lututku,
Merenung

Aku berusaha mencerna
Semua perkataanmu
Akalku menerima
Hatiku menutup mata dan telinga

Aku takut
Engkau akan berubah
Engkau takkan lagi mengingat
Semua kenangan kita

Akal dan hatiku bertentangan
Akal menyuruh melupakan
Hati tak ingin melepaskan
Gundah, goyah

Maafkan aku, 
Yang masih tak mampu merelakanmu


Jakarta, 9 Mei 2012

Malam pun Hanya Diam

Malam pun menjadi hening, 
Menyaksikan kepiluan seorang anak manusia
Menjadi saksi bisu
Sebuah hati yang tersayat

Angin tak berdesir,
Serangga tak berbisik,
Mendengar sedu sedan teredam
Yang sungguh mengibakan

Kata-kata
Tak lagi mampu melukiskan
Dalamnya derita,
Tersiksanya hati

Malam sungguh menjadi hening,
Diam tak bersuara
Menyaksikan hancurnya
Sebuah hati yang kecil

Air mata menitik,
Tak lagi tertahankan
Anak manusia menangis
Namun tanpa suara

Hatinya tersiksa, 
Hancur dan remuk redam
Diremas hingga hancur
Hancur, tak bersisa

Ya,
Malam pun hanya diam
Tak mampu berkata
Tak mampu berujar

Dalam kegelapan malam,
Seorang anak manusia
Menangis tersedu
Tanpa suara

Ya, 
Malam hanya dapat terdiam


Jakarta, 8 Mei 2012

Jumat, 04 Mei 2012

Disturbed

Aku sudah membuat keputusan pada hari Rabu kemarin, untuk menjadi hanya sebatas kakak, teman, sahabat baginya. Namun, aku masih merasakan sebuah perasaan ganjil dalam hatiku ketika ia berbicara mengenai laki-laki lain kepadaku. Aku mau mendukungnya, mendukung semua yang ia lakukan, mendukung konsistensi keputusannya untuk tidak kembali kepadaku, namun tak kusangka rasa sakitnya sampai seperti ini. Kini, ia telah berhasil sedikit banyak menjalin komunikasi dengan laki-laki itu, dan dalam hatiku aku berkata, "ia akan sepenuhnya takkan kembali lagi padaku." Ya, aku merasa bahwa kesempatan ia akan kembali padaku sudah sepenuhnya tertutup dan takkan terbuka lagi, karena ia telah berhasil menjalankan caranya untuk melupakanku itu. Namun, caraku untuk melupakannya tak dapat berhasil. Ketetapan hatiku sedikit terganggu dengan hal ini. Keputusanku seakan goyah dalam menghadapi ini. Aku berusaha, sungguh berusaha untuk dapat mendukungnya saja, dan tidak mempermasalahkan mengenai memulai kembali hubungan kami kembali, karena aku sudah tahu alasannya mengapa ia tak mau kembali padaku. Namun, semua ini, sungguh sakit. Aku mencoba untuk bersikap biasa, tapi yang kurasa malah perasaan aneh yang mengganjal ini. Mungkin aku masih tak rela dengan keadaan ini, karena dalam hatiku aku masih mengharapkan ia akan kembali padaku, karena sesungguhnya aku masih menunggunya. Aku tak ingin mengganggu ia dalam usahanya melupakan aku ini, namun entahlah, aku masih tak bisa rela. 

Rabu, 02 Mei 2012

Final Decision

Hari ini, Rabu 2 Mei 2012, aku menyatakan bahwa aku sudah sungguh berniat untuk melepaskan dirinya. Aku sadar, bahwa memang ia tak mau kembali lagi padaku dan memulai hubungan kami kembali. Entah darimana datangnya keberanian ini dan ketetapan hati ini, namun yang jelas datangnya bukan dari seorang perempuan lain atau siapapun, itu datang dari dalam hatiku sendiri. Dalam hatiku, aku memang masih tak ingin melepasnya, namun aku sudah berjanji untuk tetap menunggunya, dan janji itu tampaknya yang menguatkanku untuk akhirnya rela melepasnya. Ketetapan hati ini kudapat setelah semalam aku kembali bertanya padanya untuk kembali padaku. Aku sadar bahwa aku tak pantas untuk terus mengejarnya setelah ia menetapkan hatinya. Ia akhirnya menjadi seperti yang ia inginkan, ia telah menjadi dewasa, telah mampu bersikap konsisten dengan perkataannya bahwa ia takkan kembali padaku. Ada sebuah perasaan terluka, namun ada perasaan bangga juga, karena aku mampu membawanya dan membantunya hingga ia mampu bersikap konsisten seperti itu. Aku telah memilih untuk tetap mendampingi dirinya, bukan sebagai seorang kekasih, namun sebagai seperti sebuah "tempat sampah", dimana ia bisa bercerita sesuka hatinya tentang kesenangan, kekesalan, dan kesedihan, atau apapun juga itu. Aku memilih untuk tetap hadir untuknya, meski bukan sebagai seorang kekasih, aku menjadi seorang teman, sahabat, dan seorang kakak bagi dirinya, meski dalam hati aku masih berharap suatu saat ia akan kembali padaku (LOL). Yah, yang jelas aku dan dia telah membuat keputusan dalam hidup kami, dalam hubungan kami, dan aku sungguh senang karena sedikit banyak telah membantunya menjadi lebih dewasa sehingga ia mampu bersikap konsisten dengan perkataannya. 

Here is a short poem:

Hey there,
Thank you for our relationship,
For everything we've went through together
Even though it was really short,
It's really meaningful

Now, 
You've made your decision
And,
I made mine

I do really proud of you,
Of your consistency,
Of your matureness

Now,
We've separated,
But, 
I'll always be here for you,
To listen to all your stories

Yes,
I believe,
If you're really meant for me,
Then,
Someday, we'll be together again

Thanks a lot,
For my dearest


Okay, so everything is done, for now. I'll not forget everything that happened in past 2 months. Once again, thanks a lot, dear.

(For my dearest J.K., love you, so much)

Sabtu, 28 April 2012

4.00 A.M.

See the title? Yes, last night I finally slept at that hour after had a really killing conversation with someone. She left me, again. And I couldn't done anything about it. She already made up her mind and she wasn't care about everything I said. Yes, that night I realize that I cannot trust anyone. I also realize that hope, even a single glimpse of it, can kills. I love her, no doubt about that. But it seemed that she wasn't believe it. I love her, more than just a brother to his sister, I love her more than that, but she insisted to broke up and became just a brother and sister. I hate this thing. I was hurt, and I try to hurt myself physically, but it can't show how much I hurt, it's became too severe. Yes, and I made a mistake under my temporary insanity and confuseness. I blame her for everything that happened. I wanted to die, and I blame the reason to her, because she decided to left me and broke up. In the end, still under my temporary insanity, I tell her that I wanted to go away, just like she wanted a week ago. I mean it. I do really want to go away, because she seems can't understand the way i feel. Okay, be an adult. I know when I have to stop chasing after her, and maybe it's now. When she tells that she want to go away, then so be it. Yes, she is not need me anymore. I guess, it's time to say goodbye, forget me. Perhaps it's come to my turn to say it, she has said that before, and she took back her words. But this time, I guess, there is no turning back anymore. Yup, she's done with me. Thank you for the love you gave to me. Thank you for every memories that we had together in a very short time. Thank you, for make me can be my self, it's been a long time since the last time I do. Thank you, for everything. Forgive me, for every bad thing I've done to you, for cannot be like you want me to, for being such a jerk, for every bad words that I have said. Good bye, my dear... I'll love you, always......








(for my dearest J.K., I'm still love you, even I cannot show it)

Jumat, 20 April 2012

Sorry

I do really sorry if I acted out like this.. It's fine if you say that I'm mean or cruel or anything like that. You know the truth, the whole truth, and I can't show everything anymore to you...I close my self, so that you'll become happier in your life. We've separated, and you asked me to go away, and I do it. It's all for the sake of your happiness. It's okay if you become mad at me, it's okay, it really is.

Eight Days After

It's been 8 days after i broke up with her. In the middle of that 8 days, i went to purwokerto for live-in, at first i try to not think about her at all on the live-in, but what happened is really the opposite. Every single second i spent in there, without any single glimpse of chance i can contact her, i thinking of her, i thinking of our relationship. Today, i finally do it, i tell her to leave, to live out her life, without me. Hard, it's really hard. She wasn't even want to meet me, beacuse it will make it hard to forget me if she does. Yes, I've been acted out like a child. I blame everything around me for things that happened to me, childish isn't it? Thanks, for time that we spent together. I can't forget you, it's too hard.

Sabtu, 14 April 2012

Souljah - Tak Selalu

Setelah semua yg pernah terjadi kini
Di setiap hari-hariku
Tak mau lagi diriku mengulangi
Kesalahan yg sama
Semua yg pernah kurasa,yg kucinta
Hilang sekejap mata
Semua yg pernah kurindu,yg kumau
Kinipun semua sirna

Reff :
Tak selalu (woo - oow)
Yg bekilau itu indah (woo - oow)
Tlah terbukti di dirimu (woo - oow)
Pergi dan sakitiku (woo - oow)

Sesaat kau memberikan harapan
Yg terjadi kau pergi dan tinggalkan
Semua yang ada di dalam hatiku
Menghilang dan kini semua tlah runtuh

Ari Lasso ft. Bunga Citra Lestari - Aku dan Dirimu

Tiba saatnya kita saling bicara
Tentang perasaan yang kian menyiksa
Tentang rindu yang menggebu
Tentang cinta yang tak terungkap
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Sudah terlalu lama kita berdiam
Tenggelam dalam gelisah yang tak teredam
Memenuhi mimpi-mimpimu malam kita

Reff:
Duhai cintaku, sayangku, lepaskanlah
Perasaanmu, rindumu, seluruh cintamu
Dan kini hanya ada aku dan dirimu
Sesaat di keabadian

Jika sang waktu kita hentikan
Dan segala mimpi-mimpi jadi kenyataan
Meleburkan semua batas
Antara kau dan aku, kita

Repeat reff



Source: http://liriklaguindonesia.net/ari-lasso-feat-bunga-citra-lestari-aku-dan-dirimu.htm#ixzz1rzkEcD00

Jumat, 13 April 2012

And The Sky Rumbled

It's a story started from the last night, maybe from the last Wednesday night. Yes, it's 11 April, and it means it's been a month since I started this relationship with her. I'm happy, but maybe that day is also the beginning of everything that happened until today. It's only a guess, but i feel that it's started when her friend asked her about her confidence on starting a new relationship when she still can't forget her ex, she often cried about him (i don't know who is him actually, but i know he hurt her really bad). Yes, she started to remember her ex, and it was the beginning because after that she getting sad and felt that she was playing with my feeling and only made me an escape for her. Well, actually i don't really care about that, i don't really care if she was only made me an escape, maybe i've been blinded, but i don't care. Yes it's the beginning of this story. After that, I really felt that it was done, like the other problems we had past through, but it's exactly the opposite. Yes, on the 12 April it's started again. This time, I guess it was started when i left her because i'm a bit busy that time, i wasn't text her for about 30 minutes and voila her mood has ruined. Yeah, I know the sign of her mood being ruined, she answer with a really short answer and so on. And after that I began to search why her mood was ruined and bla bla bla. Thing that made me to think is, she asked me to get mad on her. At first, I can't but in the last, I get lost of my control. I get mad, I really get mad to her because of her childishness, she always wanted to be "a grown up person" but her attitude wasn't show even a single blink about it. In a short words, I get mad, and she wasn't expect that i'm going to be mad like that. In my mind, I have this thought that she maybe scared of my anger or felt that i was too uncontrolled, so the conclusion was she said that we're not know each other really well, and she asked to start over, she asked to return to when we're getting know each other, just like before we started this relationship. I can't do that, it's obvious. But she insisted, for the best of us, she said. And my protection was broke down, and sadly I accepted that. Things that sadden me more is when she told me to forget about her, everything, as she tried to forget about me also. I can't just forget her, but she seemed not care about it, she insisted to be alone for now, and I really felt that there is no future anymore for us, there will be no more relationship between us, we'll start over, and ended up as friend, just friend nothing more. And yes, that night, the sky rumbled, only once, and that's the sign of the end.

Senin, 26 Maret 2012

BROMO 2011 – Sebuah Potret Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Seharusnya ini di post tahun lalu, 2011, namun baru sempat sekarang nih, langsung saja:

Liburan kali ini aku pergi ke Gn. Bromo yang terletak di Jawa Timur. Disana aku merasakan banyak hal, mulai dari dingin yang menggigit, debu vulkanik yang berterbangan dan menyesakkan nafas, serta banyak hal lainnya.

Hal utama yang menjadi fokus tulisanku sekarang ini adalah kondisi sosial di desa-desa sekitar Bromo. Selama aku disana, aku menggunakan ojek sebagai sarana transportasi, karena lebih mudah. Yang kemudian menjadi perhatianku adalah ketika tukang ojek yang mengantarkanku, menceritakan situasi di Bromo.

Ia adalah seorang tukang ojek yang berasal dari desa Tengger, dan ia berkata bahwa ia mengenal hampir semua orang yang berada di desa yang berada di seberang Bromo, melintasi bentangan padang pasir Gn. Bromo. Ia menceritakan bahwa apabila ada acara di desanya, ia bisa saja mengundang orang yang berada di desa seberang Bromo itu, dan mereka akan datang, melintasi bentangan padang pasir Bromo, begitu pula sebaliknya. Hal itu pun terlihat dari bagaimana ia menyapa hampir setiap orang yang berpapasan di jalan, dan yang disapa pun membalas sapaan itu.

Hal ini menjadi perhatianku karena aku melihat bagaimana kondisi masyarakat pedesaan di sekitar Bromo yang bisa saling mengenal walau terpisah oleh bentangan padang pasir Gn. Bromo. Hal ini menurutku sangat baik karena hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sekitar Gn. Bromo adalah masyarakat yang ramah, yang masih penuh rasa sosial.

Mari kita bandingkan dengan kita yang berada di perkotaan ini, yang mungkin hanya mengenal segelintir orang yang tinggal bersama kita dalam satu perumahan. Padahal, jarak antara kita tidak dipisahkan oleh tingginya gunung maupun luasnya bentangan padang pasir seperti di Bromo. Boro-boro mengenal orang yang berada di perumahan lain, tetangga sebelah sendiri mungkin kita tidak mengenal dan mungkin kita agak sungkan dan malu untuk menyapa orang yang tidak kita kenal apabila berpapasan di jalan.

Apakah tinggal di daerah perkotaan telah melemahkan rasa sosial manusianya, karena terlalu sibuk dengan urusan masing-masing dan merasa tidak perlu untuk berinteraksi dengan orang lain yang tidak ada hubungannya dengan urusan kita? Kita sering ditekankan dari sejak duduk di bangku sekolah bahwa manusia adalah makhluk sosial, namun tampaknya hal tersebut semakin lama semakin pudar dengan hadirnya teknologi yang memungkinkan kita berinteraksi tanpa bersusah payah bertemu muka, cukup menekan tombol, dan viola kita sudah dapat berkomunikasi dengan orang lain. Tampaknya, teknologi yang memudahkan manusia dalam hidupnya, turut berperan serta dalam membuat manusia itu sendiri kehilangan rasa sosialnya, dan lama-lama manusia itu akan hidup dalam solitaritas karena terbiasa berinteraksi via alat elektronik dan tidak bertemu muka lagi. Hal ini mungkin kedepannya akan menyulitkan manusia sendiri, karena sudah tidak terbiasa berbicara bertatap muka, ia akan kehilangan kemampuannya berkomunikasi sebagai makhluk sosial.

Inilah akhir tulisanku mengenai liburanku ke Bromo, semoga berguna untuk menyadarkan kembali arti “Manusia adalah makhluk sosial”. Apabila ada kesalahan kata, mohon dimaafkan.

Bogor, 22 Juni 2011

Ray Maximillian

Long Time No See

It's been a really long time since I post in this damned blog (haha LOL). I guess I'll post a little bit often because I've had many things that are really something, and maybe I could only post it, because i'm a bit too shy to talk about it. So, here we go:
2 weeks ago, I've started a relationship with someone. FYI, I've only met this girl once and, suddenly it happened. It went really nice, even though occasionally I was pretty not sure about all of this, it happens really too fast, but I was happy, and so be it. Suddenly (sounds like The Beatles song isn't it?), on last Friday I guess, she started to change, she was being cold. I've asked about what happened to her, but she wasn't want to tell me about it, so I could only being patient and try to calmed her, it worked..that time. It was continued until yesterday Sunday, 25th of March, I've found out about what was bugging her. We talked (via SMS) until 1.30 a.m. last night (it's really long, eh?). Yes, I've found out that she was still like my friend, and she felt guilty because of it, she said that she really confused, and felt really being such an evil to me who was really kind to her (she told me that). And it came up to a decision, she decided to let go of me and not to choose between me and my friend (who she still like). I cried (it's been a really long time since the last time I cried). I felt doomed. It really hurts, but as I always said since a long time, as long as she happy, then so be it. I let go of her, even though I'm not really sure about it, 'cause I'm still really love her. I'm really hope that we can get back together, so I'll wait until she can forget my friend.